Lihat ke Halaman Asli

Aldy M. Aripin

TERVERIFIKASI

Pengembara

Presiden Jokowi, Setujui DPR Bangun Gedung Baru

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Ketua DPR Setya Novanto | kompas.com

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Presiden Joko Widodo bersalaman dengan Ketua DPR Setya Novanto | kompas.com"][/caption]

Pada saat pidato penutupan masa persidangan III tahun sidang 2014/2015, ketua DPR Setya Novanto, mengatakan bahwa, rencana pembangunan gedung DPR telah direstui oleh Presiden Jokowi, bahkan peletakan batu pertama oleh Presiden akan dilaksanakan tanggal 16 Agustus 2015, setelah pidato penyampaian nota keuangan.

DPR telah membentuk Tim Kerja Pembangunan Perpustakaan, Museum, Research Center, Ruang Kerja Anggota dan Tenaga Ahli DPR.  Jika tidak ada perubahan, luas bangunan 160 ribu (m2), pondasi telapak 11 Ha dan berlantai 36.  Pada tahun 2010, pembangunan gedung diperkirakan menelan biaya 1,2 trilyun, bahkan kemungkinan terjadi pembengkakan karena selisih harga material, biaya jasa konstruksi dan biaya lainnya.  Maka sangat wajar, jika ketua DPR mengatakan gedung DPR akan menjadi ikon nasional.

Tapi pidato ketua DPR Setya Novanto, justru dibantah oleh Wakil Ketua DPR, Agus Hermanto.  Menurut Agus, yang dibangun hanya museum dan perpustakaan.   Ketika ditanya biaya pembangunan, Agus hanya mengatakan masih dalam perencanaan.   Entah apa maksud bapak ini, pimpinan DPR yang pidato saja masih dibantah, apalagi suara orang kecil.   Bangunan yang sudah direncanakan begitu lama, sudah ada pemenang tender, kok dananya harus direncanakan lagi? Emangnya bangun gedung DPR sama dengan bangun RSS?

Gedung Baru tidak mendesak dan tidak orisinil.

Jika ditinjau dari sisi usia, bangunan gedung DPR sudah cukup berumur, Gedung DPR/MPR yang sekarang dibangun pada tahun 1965, tapi kondisi gedung masih sangat layak huni.  Jadi pembangunan gedung DPR belum mendesak.  Urgensinya tidak ada.  Dana pembangunan gedung DPR masih bisa dialokasikan untuk pekerjaan lain yang lebih produktif.  Adanya gedung baru, tidak menjamin para anggota dewan akan bekerja lebih maksimal, karena prestasi DPR tidak memiliki korelasi langsung dengan bangunan baru.  Lain halnya jika bangunan gedung sudah tidak layak huni.

Mengacu kepada gambar dan maket yang pernah dirilis, bangunan gedung tidak menunjukan ciri khas yang dimiliki indonesia, kesan yang timbul, karya arsitek gedung DPR seperti mencontoh bangunan lain, idealnya bangunan gedung DPR yang didengungkan akan menjadi ikon kebanggaan indonesia,  tetapi tidak ada ciri khas, tidak mungkin bangunan akan menjadi ikon.  Arsitektur bangunan baru tidak menyatu dengan arsitektur bangunan lama, tidak ada kesan kesatuan dalam sebuah kompleks bangunan, walaupun keduanya bangunan terpisah.

Ayo Buktikan Hasil Kerja DPR

Terlepas dari segala kontroversinya, jika gedung tersebut harus dibangun dan diharapkan menjadi ikon, hendaknya para anggota DPR pun menjadi ikon pembela kepentingan rakyat, menjadi ikon “wakil” yang benar-benar mewakili konstituennya.   Sikap ngotot yang ditunjukan DPR untuk memiliki gedung baru, sebaiknya dijadikan momentum, sebagai awal perbaikan sikap, mental dan tanggung jawab badan legislasi yang dihormati sekaligus sebagai representasi nyata perwakilan rakyat dengan semakin membumi bukan semakin melangit.

Gedung baru jangan dijadikan simbol kemewahan dan ikon ketidakpedulian.  Tunjukan para rakyat, bahwa rakyat sudah salah menilai anggota dewan hanya mementingkan kepentingan kelompok tertentu, bicaralah yang menyejukan hati rakyat, jangan berlagak sok pintar dan sok selebritis.  Sehebat apapun bapak-bapak dan ibu-ibu yang duduk di DPR tidak lebih dari hanya petugas rakyat, walaupun pakaian dan dandanan anda mewah, anda semua tak lebih dari wakil kami rakyat Indonesia.

Sumber : dari berbagai sumber lama dan : Presiden Setujui Gedung Baru DPR Peletakan Pertama, tanggal 16 Agustus 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline