Terhitung dari 18 September sampai 11 Oktober, rupanya sudah 23 hari saya meninggalkan dunia maya. Kenapa? Hmmm...
Bukan karena Nisa Sabyan tentunya. Tapi karena lini masa saya di dunia maya sudah banyak sampah. Dimulai dari iklan ini-itu, ujaran kebencian ini-itu dan sebangsanya.
Saya sudah coba menyaring beberapa teman di facebook yang harus saya unfriend, juga unfollow teman di Intagram dan Twitter. Tetapi rasanya masih belum cukup.
Hari berikutnya akun Facebook saya log out. Begitu juga Twitter dan Intagram.
Sebetulnya Twitter dan Instagram masih menyediakan informasi dari media arus utama yang saya ikuti. Tetapi saya harus merelai itu semua.
Hari-hari terus berlalu. Sampai saya tiba di satu titik. Saya merasa jemu dengan orang-orang yang enggan melepas ponselnya. Di bus kota, KRL, di jalan, di dalam bajaj, sampai di WC umum pun ponsel masih terus dipandangi.
Saya kadang merasa terganggu dengan orang-orang yang tidak bisa melepas ponselnya.
Suatu hari, seseorang pernah menabrak saya dari belakang karena orang itu berjalan sambil melihat ponsel, bukan jalanannya. Ya Tuhan, mungkin dia jalan pakai GPS. Tentu saja saat kejadian itu, orang tersebut langsung meminta maaf kepada saya.
Lain waktu, ketika berangkat bekerja menggunakan KRL ada seseorang yang sedang bersandar di punggung saya. Yap, bisa ditebak. Orang tersebut sedang asyik memegang ponsel di tengah kepadatan bin pepesnya gerbong KRL.
Saya merasa menjadi lebih tidak nyaman karena harus menanggung berat badannya. Gila lu, Ndro... Asyik banget main mobile legend-nya.
Sewaktu pulang bekerja Ketika saya sedang berjalan di sebuah Mall di Jakarta, saya melihat seorang cewek cantik, putih mulus, tinggi semampai dan body-nya pun aduhai, sedang terjatuh karena menabrak ember air pel petugas cleaning service.