Sampai jumpa lagi. Itu yang mampu aku katakan dan harapkan ketika bertemu dengannya di pagi buta dengan guyuran hujan ini. Entah kenapa ada sesuatu yang belum selesai. Entahlah, aku tidak tahu itu apa. Melihat wajahnya yang elok dan berbincang dengannya sudah cukup bagiku hari ini.
Bekasi, Senin 28 November 2016
Terdengar dengan samar suara adzan subuh berkumandang dari kejauhan. Kulit ku yang hitam merasakan dinginnya air di pagi-pagi buta. Aku segera bergegas melaksanakan ibadah solat subhu. Terlantun suara lirih dalam doa menyebut sebuah nama dengan harapan ia tetap dalam keadaan sehat dan bahagia di sana.
Aku sudah mengucap sebuah janji. Janji yang datang bersama hujan waktu itu. Kini di pagi buta hujan pun telah datang kembali seakan ingin menemaniku untuk menemui dia. Aku segera bersiap-siap. Memanaskan mesin sepeda motor tua ku yang sudah berada di usia senja. Kemudian bergegas menemui wanita yang harus ku jumpai sebelum fajar menyingsing.
Aku berjalan di bawah hujan dengan mengenakan sebuah mantel rombeng. Meluncur dengan sebuah sepeda motor tua yang senantiasa bermusuhan dengan hujan. Tetapi kali ini sepeda motor tua tetap mengotot enggan mati ketika di guyur hujan deras sekalipun. Aku semakin semangat menuju tempat dimana aku dan dia akan berjumpa.
Suara guntur seakan memberi semangat. Kilatan cahaya petir ikut mendukung penerangan jalan di pagi-pagi buta yang masih gelap gulita. Aku mencoba menarik gas sepeda motor tua sekencang-kencangnya, melaju secepat-cepatnya agar tak kehilangan waktu di jalan sebab aku ingin berlama-lama berbincang dengannya.
Aku berlari menemui dia yang sedang menunggu kereta api jarak jauh dengan tujuan Bandung di stasiun Bekasi. Dengan napas yang masih tak beraturan aku menyapanya.
"Hai, Teh..."
"Hai juga, Kak?"
"Maaf ya, Teh. Aku datang agak lama."
"Iyaaa udah gak apa-apa." Kata dia santai dengan nada lembut nya.