Lihat ke Halaman Asli

Mimpi dan Hasrat Manusia

Diperbarui: 25 Juli 2018   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Tulisan ini bertujuan mengandaikan adanya fase dan pengaruh tertentu mimpi terhadap realita yang kita hadapi sehari-hari. Kesadaran memiliki dimensi ketidaksadaran, yang mana dimensi ini merupakan representasi dari segala kehendak, ambisi, dan keinginan bawah sadar kita yang tertekan dan tereduksi oleh beragam aturan dan sistem nilai yang berlaku; baik tertulis ataupun tidak tertulis.

Mimpi diproduksi oleh ketidaksadaran. Seringkali mimpi memberikan sugesti atau preferensi yang akan mengarahkan kita pada sudut oandang tertentu. Mimpi memiliki zona gramatikal dan tata bahasanya sendiri yang tidak bisa diakses oleh kesadaran manusia.

Alam bawah sadar jelas memiliki sistem gramatikal dan tata bahasanya sendiri; karena jika tidak, tidak mungkin alam bawah sadar dapat mempengaruhi alam sadar yang penuh dengan tatanan dan pakem Bahasa yang jelas.

Nantinya, sugesti yang muncul melalui mimpi ini akan menjadi signifier (penanda) dan memberikan pemahaman akan konsep tertentu dan penampakannya di dunia sehari-hari. Penanda memperkenalkan sebuah konsep dan dimaniferstasikan dalam bentuk signified (petanda). Petanda adalah hal yang tampak dan sensible dalam keseharian kita.

Namun, hubungan antara penanda dan petanda tidaklah hierarkal, namun resiprokal. Penanda tidak serta merta mendeterminasikan dan memutlakkan bentuk serta makna dari sebuah petanda. Petanda dapat masuk dan mengubah pemahaman terhadap sebuah penanda yang sudah mapan. Penampakan yang beragam dari sebuah petanda dapat mengubah konsep dan pemahaman akan sebuah penanda.

Alam sadar merupakan manifestasi dari tekanan dan kontrol superego terhadap ego dan id. Id adalah pengejewantahan dari hasrat dan keinginan terdalam dari sebuah sosok subyek. Id sebenarnya adalah bentuk paling murni dari hasrat yang dimiliki manusia, belum tereduksi oleh nilai dan tekanan social apapun.

Tahapan paling awal dari penyampaian hasrat ada dalam id. Tahap ini menunjukkan bahwa ada dimensi dalam diri manusia yang bebas-nilai, nir-determinan, dan independen terhadap norma tertentu. Tahapan ini adalah kinci utama pembentukan dan penyampaian sebuah hasrat dalam diri subyek.

Id memberikan anjuran dan dorongan untuk menunjukkan dan menyalurkan hasrat melalui beragam cara dan upaya agar subyek dapat mendapatkan pleasure dan kenikmatan atas pemenuhan hasrat tersebut.

Setelah fase id, berikutnya adalah fase ego, dimana hasrat dan kehendak yang masih murn tersebut mulai dipertemukan dengan kondisi dan situasi subyek. Ego masih mementingkan pemenuhan hasrat dan kehendak subyek. Ego mengandaikan situasi dimana subyek dapat memperoleh kepuasan atas kehendak dan hasrat yang timbul dari pemahaman dan kesadarannya akan kondisi realitas.

Id mengalami pembentukan dan pengarahan pemenuhan kepuasan yang lebih sistematis pada tahap ego. Hasrat yang timbul pada tahap ego lebih jelas pengejewantahan dan manifestasinya. Proses ini juga sejalan dengan proses pengenalan subyek atas otoritas dan hasrat dirinya sendiri.

Pada tahap ini, subyek belum melibatkan subyek-subyek lain sebagai faktor pemenuhan hasrat. Subyek sadar betul apa yang sedang dia hasratkan dan bagaimana cara pemenuhannya saat sedang berada pada tahap egp. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline