Selain Kutacane, ada tempat lain yang tidak bisa saya lupakan saat saya dan rombongan Jamaah Tabligh selama 4 bulan pada tahun 1990, yaitu Blangkejeren.
Jarak antara Kutacane dengan Blangkejeren sekitar 120 km. Ditempuh dengan kendaraan umum sekitar 3,5 jam. Jalannya berliku-liku, menembus bebukitan yang dikelilingi hutan. Wilayah Blangkejeren berada antara 1.000 - 1.500 meter di atas permukaan laut.
Waktu itu, 31 tahun lalu, kami tiba di Blangkejeren pada malam hari. Begitu pintu mobil dibuka, hawa dingin menyergap seluruh tubuh.
Blangkejeren saat itu masih berupa kota kecamatan dan masuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Baru pada tahun 2002, wilayah ini dimekarkan dan menjadi kabupaten baru dengan nama Kabupaten Gayo Lues dengan ibukota Blangkejeren.
Kabupaten ini berada di gugusan pegunungan Bukit Barisan. Sebagian besar wilayahnya merupakan areal Taman Nasional Gunung Leuser yang telah dicanangkan sebagai warisan dunia.
Belum Banyak Berkembang
Blangkejeren saat ini masih mirip dengan Blangkejeren saat saya kunjungi 31 tahun lalu. Yang berubah adalah kantor-kantor dinas baru yang dibangun seiring dengan pembentukan kabupaten baru pada tahun 2002.
Secara umum keadaannya masih sepi. Kota ini letaknya cukup jauh dari kota-kota penyangga di sekitarnya. Selain dari Kutacane, Aceh Tenggara, kota ini juga bisa ditempuh dari Takengon. Jarak Takengon dengan Blangkejeren sekitar 140 km, bisa ditempuh dengan kendaraan darat sekitar 4 jam.
Di Blangkejeren saya sempat berkeliling ke beberapa masjid yang dulu pernah saya kunjungi. Yang pertama adalah Masjid Taqwa yang berada di Jalan Sudirman Blangkejeren.
Masjid ini dikelola oleh Muhammadiyah dan disitu juga terdapat lembaga pendidikan dengan berbagai tingkatan. Kami sempat menginap semalam di masjid ini.