Setiap Ahad pagi, saya bersama istri hampir selalu menyisihkan waktu untuk jalan-jalan ke pasar kaget. Di Depok, paling tidak terdapat tiga lokasi pasar kaget yang digelar setiap Ahad pagi sampai menjelang siang. Satu lokasi berada di jalan Juanda, lokasi lain berada di Kota Kembang dan di jalan Merdeka.
Tiga lokasi tersebut, setiap akhir pekan selalu dipenuhi orang. Ada yang memang sengaja berbelanja, momong anak atau sekadar jalan-jalan dan cuci mata.
Keberadaan pasar tersebut sudah berlangsung cukup lama. Pasar kaget yang berada di jalan Juanda dulu digelar di sepanjang jalan Juanda, sekarang digeser di kawasan pertokoan Pesona Khayangan. Pasar Kaget jalan Merdeka dan Kota Kembang, baru sekitar tiga tahunan.
Barang yang dijual di pasar kaget tersebut cukup lengkap. Mulai dari pakaian, perlengkapan dapur, obat-obatan, hingga sepeda motor. Di tempat tersebut juga dijual aneka makanan.
Biasanya sehabis jalan-jalan dan mendapatkan barang yang kami cari, kami mengakhir rutinitas pagi itu dengan mencari makan. Bisa bubur ayam, soto, gudeg atau yang lainnya.
Pasar ramai, Mal sepi
Ahad ini, untuk sebuah keperluan, sehabis jalan-jalan dari pasar kaget kami melanjutkan perjalanan ke salah satu mal terbesar di kota Depok.
Berkebalikan dengan suasana pasar kaget yang penuh hiruk pikuk, suasana di mal sungguh sangat lengang. Di beberapa pertokoan yang punya brand nama terkenal, bahkan lebih banyak pegawainya daripada pengunjungnya. Hingga menjelang dhuhur, jumlah pengunjung masih belum banyak. Padahal hari-hari ini masih termasuk tanggal muda karena belum melewati tengah bulan.
Sepinya di mal-mal kota besar, saat ini menarik perhatian banyak orang. Sampai orang-orang penting di negeri ini juga memberikan perhatian khusus. Sepinya di mal antara lain ditandai dengan ditutupnya beberapa gerai Matahari dan Ramayana. Setelah itu juga diikuti oleh Lotus.
Sebelum itu, para pedagang elektronik di kawasan Mangga Dua dan Glodok yang pada jamannya terkenal sangat ramai, juga mengeluhkan sepinya jumlah pengunjung hingga akhirnya mereka menutup sendiri toko-toko mereka.
Ada yang mengatakan bahwa sepinya mal sekarang ini karena tidak bisa bersaing dengan toko-toko online yang trennya terus menaik, baik dari jumlah transaksi maupun besaran uangnya.