Lihat ke Halaman Asli

Al Johan

TERVERIFIKASI

Penyuka jalan-jalan

Mengunjungi Dua Masjid Tua Bernuansa Nusantara di Melaka

Diperbarui: 15 April 2019   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Kampung Hulu Melaka. Dokpri

Di dekat hostel tempat saya dan istri menginap di Melaka, berdiri dua buah masjid tua yang letaknya tidak terlalu berjauhan. Masjid pertama yang kami kunjungi adalah Masjid Kampung Hulu yang terletak di persimpangan Jalan Kampung Hulu dan Jalan Masjid. Masjid ini merupakan masjid tertua di Malaysia yang masih asli berdiri di tempat asalnya. Masjid Kampung Hulu didirikan pada tahun 1728 oleh Dato’ Samsudin Bin Arom, saat Melaka dikuasai oleh Belanda. Belanda berusaha menarik simpati pribumi dengan merestui pendirian masjid tersebut.

 

Ruangan dalam Masjid Kampung Hulu Melaka. Dokpri

Kulah, tempat wudlu di Masjid Kampung Hulu. Dokpri

Sebelumnya, pada jaman penjajahan Portugis yang datang ke Melaka pada tahun 1511, sebenarnya sudah berdiri masjid pertama di Melaka di seberang bangunan yang kini disebut Stadhuys, tetapi bangunan masjid tersebut diruntuhkan oleh Portugis.

Arsitektur bangunan masjid ini seperti arsitektur masjid lama di kota-kota besar di Jawa.  Masjid ini mempunyai bumbungan bersusun tiga berbentuk limasan di atasnya. Struktur bangunan bumbungan tersebut ditopang oleh 4 tiang kembar yang berdiri di tengah-tengah masjid.

Selain pengaruh Jawa, masjid ini juga mendapat sentuhan pengaruh Cina. Bahan-bahan seperti ubin keramik dan ubin lantai didatangkan dari Cina. Menara yang berdiri di samping masjid juga dipengaruhi oleh bentuk pagoda di Cina.

Masjid kedua yang kami kunjungi adalah Masjid Kampung Kling didirikan pada tahun 1748 dan direnovasi pada tahun 1872. Masjid ini dibangun di atas tanah ketika para pedagang dari India datang ke Melaka pada abad 14 dan menunaikan shalat saat tiba di Melaka. Arsitektur masjid ini juga mirip dengan arsitekutur Masjid Kampung Hulu, dari segi bentuk bangunan maupun menaranya.

Masjid Kampung Kling Melaka. Dokpri

Ruangan dalam Masjid Kampung Kling. Dokpri

Kulah tempat wudlu Masjid Kampung Kling. Dokpri

Masjid Kampung Kling terletak sederet dengan Kelenteng Cheng Hoon Teng dan Kuil Sri Poyatha Vinayagar Moorthi. Rumah-rumah yang ada di sekitar masjid mayoritas adalah rumah atau toko milik orang China. Bangunan yang bersebalahan tersebut menggambarkan tingginya toleransi beragama di Melaka.

Masjid Bernuansa Nusantara

Yang unik dengan dua masjid tersebut adalah gaya bangunan dan suasananya. Arsitektur bangunan dua masjid tersebut mengingatkan saya pada bangunan masjid-masjid lama di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Pulau Jawa,  seperti Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan lain-lainnya.

Bangunan atasnya bukan berbentuk kubah sebagaimana masjid-masjid yang dibangun di Indonesia belakangan ini. Tetapi berbentuk limasan bersusun tiga. Mirip dengan bentuk bangunan masjid-masjid lama di Indonesia. Arsitektur di dalamnya juga mirip-mirip masjid kuno di Indonesia, seperti masjid di kampung saya dulu di Temanggung, sebelum direnovasi.

Tempat wudlu berbentuk kulah atau kolam juga masih digunakan di kedua masjid tersebut. Sementara di masjid-masjid di Indonesia hampir semuanya sudah berganti dengan air kran. Saya sempat mengambil air wudlu di Masjid Kampung Hulu. Airnya sangat jernih dan segar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline