Selama Ramadhan ini, saya hampir tidak pernah bisa berbuka puasa bersama keluarga di rumah, kecuali pada hari Sabtu dan Minggu. Sesore-sorenya saya pulang, biasanya sampai di rumah sekitar jam 19.00 malam. Alhamdulillah, masih sering mendapat kesempatan untuk ikut shalat isya dan tarawih di masjid dekat rumah.
Kadang-kadang saya rindu sekali untuk bisa berbuka bersama keluarga. Sesekali saya berusaha pulang agak sore, dari tempat kerja saya di Jalan Fatmawati Jakarta Selatan ke rumah saya di Depok, tetapi tetap saja tidak keburu waktu. Penyebabnya apalagi kalau tidak macet di jalanan Jakarta.
Karena itu, untuk keperluan berbuka di jalan, saya selalu menyiapkan air mineral dan buah kurma di tas cangklong saya. Bagi saya, air dan kurma sudah cukup memadai untuk sekedar membatalkan puasa, untuk nasi nanti saja makan di rumah.
Kurma selalu saya bawa karena menurut keterangan yang saya dengar, sangat baik dimakan ketika kita berbuka puasa, baik dari segi agama maupun dari segi kesehatan.
Menurut sebuah riwayat, konon Nabi Muhammad SAW selalu berbuka dengan buah ini. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik : “Rasulullah pernah berbuka puasa dengan ruthab (kurma basah) sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka beliau memakan tamr (kurma kering) dan kalau tidak ada tamr, maka beliau meminum air, seteguk demi seteguk”
Dari sisi kesehatan, kurma juga sangat baik untuk berbuka karena jenis makanan tersebut mengandung gula, zat cair yang mudah dicerna oleh tubuh dan langsung cepat diserap oleh darah, lambung dan usus. Sementara air sebagai obat untuk menghilangkan dahaga.
***
Sementara itu, di rumah istri saya selama bulan Ramadhan ini selalu menyiapkan buah kurma dan sari kurma. Buah kurma disediakan untuk saya, sementara sari kurma untuk istri dan anak-anak saya. Sesekali juga mengkonsumsi sari kurma.
Untuk sari kurma, sebenarnya tidak hanya tersedia di bulan Ramadhan saja. Hampir setiap saat, di rumah selalu tersedia sari kurma. Selain untuk dikonsumsi sendiri, istri saya kebetulan juga buka warung di dekat rumah dan salah satu barang yang dijual ya sari kurma itu. Di samping itu, teman-teman saya di kantor juga sering memesan sari kurma, terutama untuk diberikan kepada mereka yang menderita sakit demam berdarah. Sari kurma konon sangat baik untuk menaikkan trombosit.
Berbagai merk sari kurma selalu tersedia di rumah. Pada hari-hari di luar Ramadhan, kami biasa mengkonsumsi sari kurma jenis yang biasa. Khusus untuk bulan Ramadhan, kami memilih sari kurma dengan kualitas terbaik.
Anak-anak, pada awalnya tidak mau mengkonsumsi sari kurma ini. Ada perasaan geli melihat ujudnya yang berbentuk cairan dengan warna coklat pekat, mereka menyebutnya kayak minum “oli”. Tetapi kini, kayaknya sari kurma telah menjadi bagian dari harian keluarga saya . Apalagi di bulan Ramadhan ini, istri saya terus mengingatkan mereka tentang manfaat buah kurma atau minum sari kurma. Maka begitu azan maghrib berkumandang, benda yang masuk ke mulut keluarga saya ya buah kurma atau sari kurma.
Jadi praktis selama Ramadhan ini, keluarga saya tak pernah lepas dari buah kurma dan “oli” kurma ketika berbuka. Dan selama sebulan ini saya sekeluarga tentu memilih “oli” terbaik. Jika itu oli beneran, tentu saja kami akan memilih oli Top1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H