[caption id="attachment_345503" align="aligncenter" width="520" caption="Para jamaah sedang mengambil kerikil di Muzdalifah"][/caption]
Selesai melaksanakan wukuf pada tanggal 09 Dzulhijjah (03/10/2014 kalender Arab Saudi), selepas matahari terbenam seluruh jamaah haji bergerak dari Arafah menuju Muzdalifah. Jarak Arafah – Muzdalifah sekitar 9 km.
Pada setiap pergerakan dari satu tempat ke tempat lain, setiap jamaah harus mempunyai kesabaran ekstra. Bus penjemput datang satu persatu dan kadang jeda waktunya agak lama, sementara para jamaah biasanya pingin cepat tiba di tempat baru. Setiap kali bus datang, jamaah sering berebutan sehingga ada yang sampai tergencet. Untuk meminimalisir masalah tersebut, sekarang sudah dibuat sekat-sekat sehingga antrian menjadi lancar dan teratur.
Setelah melalui perjalanan sekitar satu jam, bus tiba di Muzdalifah. Di tempat ini jamaah akan bermalam (mabit) dan mengambil kerikil yang akan dilemparkan di tempat pelemparan (jamarat) Mina.
Di Muzdalifah, para jamaah bagaikan pasukan yang sedang menyiapkan tenaga dan amunisi. Senjatanya adalah bebatuan, lawannya adalah seteru abadi manusia yaitu syeitan yang terkutuk.
Bagi saya pribadi, selama melakukan perjalanan haji, Muzdalifah adalah termasuk tempat yang punya kesan mendalam. Di tempat ini kita bisa belajar untuk menyadari betapa lemahnya diri kita sebagai manusia.
Saat turun dari bus, para jamaah seperti ditumpahkan di sebuah lapangan yang tandus. Semua jamaah sibuk mengurus dirinya sendiri. Tidak ada orang lain yang membantu dan mengurus keperluan kita di tempat tersebut, meskipun dia seorang kaya atau pejabat yang biasanya selalu dilayani orang lain.
Setelah genap mengumpulkan batu kerikil untuk melempar jumrah, para jamaah biasanya merasakan kecapekan. Mereka melepas lelah dengan cara merebahkan tubuhnya di sembarang tanah kosong di Muzdalifah. Disana-sini, terlihat pemandangan manusia bergeletakan dengan menggunakan alas seadanya seperti tikar kecil, plastik, sajadah atau yang lainnya.
[caption id="attachment_345504" align="aligncenter" width="520" caption="Para jamaah "]
[/caption]
Ketika sebagian besar jamaah terlelap tidur, tiba-tiba panggilan datang menyeru agar para jamaah bergerak lagi. Mereka harus segera meneruskan perjalanan ke Mina karena waktu tengah malam telah lewat. Para jamaah segera mengemasi barang bawaan mereka menuju tempat pemberangkatan bus yang berjarak sekitar 300 meter.
[caption id="attachment_345505" align="aligncenter" width="520" caption="Antrian jamaah untuk naik bus menuju Mina"]
[/caption]
Mereka harus melewati jamaah lain yang sedang tertidur lelap menunggu giliran dipanggil. Setiap jamaah terlihat sibuk dengan barang bawaannya masing-masing. Saking padatnya jamaah, di Muzdalifah jamaah sering terpisah dengan rombongannya atau teman perjalanannya. Di tempat ini, saya juga sempat terpisah dengan istri saya, meskipun tidak terlalu lama.
Keadaan di Muzdalifah menurut keterangan yang pernah saya dengar juga merupakan miniatur keadaan ketika manusia menghadapi pengadilan Tuhan Yang Maha Adil kelak. Saat itu, semua kebenaran akan dibuka dan tidak ada lagi yang bisa mengelak atau menyembunyikan fakta, sebagaimana pengadilan di dunia.
Saat itu semua manusia juga sibuk mengurus dirinya sendiri. Mereka tak sempat lagi mengurus nasib orang lain, seperti anak, istri, orang tua, teman, tetangga atau saudaranya yang lain.
[caption id="attachment_345506" align="aligncenter" width="520" caption="Para jamaah sibuk dengan dirinya masing-masing"]
[/caption]
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa di hari pengadilan Tuhan kelak semua manusia berada dalam kebingungan. Mereka berlari kesana kemari mencari jalan keselamatan. Keadaan saat itu juga sangat susah, matahari tepat berada di atas kepala manusia.
Hampir semua manusia berada dalam keadaan celaka, kecuali tujuh golongan yang akan terselamatkan. Mereka itu adalah para pemimpin yang adil, pemuda yang tekun beribadah, laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, laki-laki yang mencintai dan berpisah karena Allah, laki-laki yang berhasil menolak rayuan seorang wanita bangsawan nan rupawan sambil berkata bahwa ia takut kepada Allah, laki-laki yang bersedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya dan terakhir lelaki yang selalu mengingat Allah dalam kesunyian serta selalu mencucurkan air mata.
Ya Allah selamatkanlah kami pada hari tiada perlindungan selain perlindungan dari-Mu. Masukkan kami menjadi salah satu diantara tujuh golongan yang selamat tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H