Lihat ke Halaman Asli

Al Johan

TERVERIFIKASI

Penyuka jalan-jalan

Cara Menghadapi Pensiun ala Orangtua Saya

Diperbarui: 19 Oktober 2021   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413000584348949324

Alhamdulillah, saya masih punya dua orang tua yang tinggal di Temanggung. Bapak saat ini berusia 75 tahun, sedangkan ibu 72 tahun. Beliau berdua sampai saat ini dalam keadaan sehat wal afiat dan masih aktif menjalankan berbagai aktifitas.

Saya selalu berdoa mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga kesehatan beliau dan beliau bisa mengisi hari tua dengan berbagai kegiatan agama dan sosial yang sudah lama menjadi konsen beliau.

Rutinitas beliau berdua setiap harinya dimulai dengan shalat subuh berjamaah di masjid. Bapak kebetulan ditunjuk sebagai imam shalat lima waktu. Setelah itu dilanjutkan dengan pengajian tafsir Alquran. Kitab pegangan beliau adalah Kitab Tafsir Al Ibriz, hasil karya almarhum KH Bisri Mustofa, ayahanda dari KH Mustofa Bisri, Rembang.

Sekitar pukul enam pagi beliau turun dari masjid. Ibu biasanya langsung membuka warung sembako. Sambil menunggu pembeli, beliau berdua menonton TV, acara kesukaannya adalah dakwah islam atau berita. Karena itu meskipun tinggal di desa, beliau selalu update dengan berita dan isu-isu terkini.

Sekitar pukul 7 biasanya bapak pergi ke sawah, menengok perkembangan tanaman yang beliau tanam, saat ini sedang ditanami cabe. Waktu saya pulang beberapa waktu lalu, pohon cabe sudah musimnya dipanen, tetapi harganya sangat rendah hanya  4 ribu rupiah per kilonya. Sementara biaya  untuk menanam cabe cukup besar, mulai dari ongkos tenaga buruh, bibit, pupuk, plastik penutup tanah, obat-obatan. Kalau dihitung-hitung kayaknya tidak akan balik modal. “Nggak apa-apa, sawah itu untuk hiburan dan cari keringat”, begitu beliau menghibur diri.

Harga komoditas pertanian memang sejak lama sangat tidak menguntungkan petani. Tatkala panen melimpah, harga pasti langsung jatuh. Pernah juga dulu dapat harga cabe agak bagus, sampai 40 ribu rupiah per kilo. Selain cabe, sawah tersebut diselang-seling ditanami padi dan tembakau.

Ekonomi Sehat

Alhamdulillah keadaan ekonomi beliau saat ini termasuk sehat, bahkan sangat sehat menurut ukuran saya. Ada tiga sumber penghasilan beliau saat ini, ibu dapat gaji pensiunan guru, bapak dapat dari hasil sawah, ditambah dari hasil warung sembako. Sementara saat ini beliau tidak punya tanggungan membiayai anak sekolah, semua anak sudah lepas berkeluarga.

Sebagai muslim, beliau juga sudah menyempurnakan rukun Islam yang kelima, naik haji ke tanah suci pada tahun 2003. Tahun 2012 lalu beliau mengulangi lagi dengan menjalankan ibadah umrah. Beliau beberapa kali juga ikut wisata ziarah wali sanga dari Madura sampai Banten.

Termasuk yang beliau lakukan rutin adalah berkeliling mengunjungi anak cucu sekali waktu ke beberapa tempat. Pernah beberapa kali berkeliling selama sebulan,  seminggu di Kalimantan Tengah, tempat adik saya, 2 minggu di Kalimantan Timur, tempat 2 kakak tinggal, seminggu di tempat saya Depok dan seminggu kemudian di Semarang, tempat adik bungsu saya.

Sebagai anak, kadang-kadang saya ingin juga membagi sedikit uang ke beliau. Tetapi setiap kali menerima beliau selalu mengembalikan ke anak-anak saya dengan jumlah lebih banyak. Saya sering merasa malu sendiri.

Harus dipersiapkan sejak muda

Para PNS, pegawai BUMN atau perusahaan lain yang masih punya gaji saat pensiun,  setiap bulannya tentu tidak begitu risau. Mereka masih ada penghasilan yang bisa diandalkan untuk membiayai kehidupan sehari-hari.

Tetapi hanya mengandalkan gaji saja, rasanya tidak akan cukup. Karena itu banyak di antara para pensiunan yang SK pensiunannya selalu digadaikan di bank atau koperasi untuk menutup biaya hidup mereka. Gaji yang sudah sedikit masih harus dipotong dengan pinjaman yang berbunga. Sebaliknya banyak bank dan koperasi simpan pinjam yang tumbuh besar dari segmen pasar para pensiunan ini.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah itu adalah perlunya menyiapkan usaha sampingan sejak kita masih bekerja. Usaha ini tentu saja tak boleh mengganggu pekerjaan utama. Tak perlu besar-besar, yang penting bisa jalan dulu. Kelak ketika sudah pensiun, usaha ini bisa dikembangkan lagi. Di samping untuk menambah pendapatan, usaha ini juga kita gunakan sebagai kesibukan untuk mengisi hari tua. Dengan cara ini, kita punya kegiatan dan mau tidak mau harus terus berpikir agar bisa survive.

Warung sembako 

Cerita soal persiapan pensiun  mungkin ada hubungannya dengan cerita warung sembako orang tua saya di atas. Pada tahun 1980-an, kebutuhan biaya untuk 7 orang anak beliau, termasuk saya, terus meningkat. Pengeluaran bulanan tidak bisa ditutup lagi dari gaji ibu sebagai guru dan dari hasil panen sawah bapak yang tidak begitu luas. Gaji guru waktu itu masih sangat kecil, belum ada tunjangan sertifikasi atau tunjangan lain seperti sekarang ini.

Untuk menutup biaya hidup tersebut, berbagai usaha sudah dicoba beliau, mulai dari membuat  berbagai macam jajanan, menjual kain, arisan dan lain sebagainya. Semuanya belum berhasil, ternyata tidak mudah juga mencari pendapatan tambahan.

Akhirnya dicoba untuk membuka warung sembako di rumah. Alhamdulillah hingga kini masih bisa bertahan, meskipun mini market modern juga sudah masuk desa saya dan letaknya juga tidak terlalu jauh. Bahkan, warung sembako tersebut kini menjadi tujuan utama tetangga kanan kiri saat membutuhkan sembako.

Setiap kali pulang ke kampung, saya melihat warung tersebut tak pernah sepi dengan pembeli. Saya juga sering menyaksikan beliau berdua sedang membungkusi gula pasir, terigu atau sesekali arang. Kelihatannya kompak dan asyik banget.

Kalau Allah SWT mengijinkan, saya dan istri saya juga akan mengambil jalan sederhana seperti ini untuk mengisi hari-hari pensiun kami kelak. Amin!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline