Lihat ke Halaman Asli

Aljihadi Fathoni

Mahasiswa Fakultas Sastra

Hari Kemerdekaan Pahami Esensi Kesampingkan Euforia

Diperbarui: 17 Agustus 2022   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik

Hari ini tepat 77 tahun Indonesia merdeka. Kata "MERDEKA" digaungkan di seluruh negeri kita tercinta ini. Suka cita menyambut hari jadi bangsa ini. Sejak kecil pastinya semua generasi sudah terdoktrin tentang perayaan 17 Agustus dan juga sejarah lahirnya tanggal istimewa tersebut.


Hari ini, 17 Agustus 2022 yang pastinya angka berwarna merah pada sebuah kalender. Lalu apa maksud dari warna merah tersebut? Tentu bagi instansi milik pemerintah itu adalah tanda hari libur, tapi apa memang hanya sekadar itu? Saya sendiri memaknainya sedikit berbeda, bagi saya ini bukan hari libur selayaknya deretan angka merah lainnya di sebuah kalender.


Hari ini di seluruh wilayah Indonesia melaksanakan sebuah penghormatan. Sebuah agenda wajib mengirim doa untuk pahlawan seperti Ir. Soekarno sebagai Bapak Proklamasi dan semua generasi pejuang-pejuang sebelum beliau. Penghormatan setinggi-tingginya untuk para pahlawan kita.


77 tahun usia senja bagi kita, usia muda bagi bangsa. Masih banyak kemerdekaan-kemerdekaan yang perlu kita raih. Terkait euforia pasti dirasakan hampir di semua kalangan, dari anak-anak TK bahkan hingga orang tua yang saat ini sudah menjadi veteran. Perayaan bahkan dimulai sejak sebulan sebelum Agustus, luar biasa. Pertanyaannya adalah apa esensi dari hari kemerdekaan ini?


Saya sudah berkepala dua, sejak kecil doktrin 'merdeka' sudah masuk kedalam kepala saya. Di sekolah dan melalui cerita kakek saya yang saat ini berusia 91 tahun. Cerita-cerita perjuangan pahlawan dengan mudah kita dapat di berbagai media. Tapi saya mendapat perspektif lain terkait itu semua.


Saya memandang esensi hari kemerdekaan dari generasi ke generasi sudah mengalami perbedaan. Upacara penghormatan, kirim doa, mengingat jasa-jasa pahlawan itu semua masih ada dan pastinya akan selalu ada. Di sisi lain, euforia hari kemerdekaan telah menjelma ke berbagai bentuk event.


Menurut saya lomba-lomba Agustusan, event dalam bidang marketing yang bertema 'merdeka belanja' dan banyak hal positif lainnya sama sekali tidak salah. Namun, saya sedkit miris ketika mendengar bahwa hari kemerdekaan hanya sekadar 'Hari Libur Nasional' untuk beberpa kalangan. Mereka larut dalam euforia hari libur, tetapi tidak memahami alasan kenapa ada hari libur nasional seperti hari ini.


Esensi merdeka menurut saya adalah perasaan nyaman dan aman dalam berbagai hal. Kita sebagai bangsa merdeka tidak perlu lagi angkat senjata saat ini. Kita bisa sepuasnya menulis kritik tentang sebuah isu tanpa perlu khawatir akan tertangkap, kritik tentu berbeda dengan hujatan. Selain itu, kita dapat meneladani jasa-jasa pahlawan yang dulu berkorban.


Pasti sering kita membaca atau mendengar "mengorbankan harta dan nyawa". Sebagian dari kita tidak memahami maknanya karena memang tidak mengalami. Jika direnungkan lebih dalam maka kita dapat mengetahui bahwa arti kalimat tersebut sangat luar biasa. Semangat itulah yang menjadi cikal-bakal kemerdekaan, dan kita harus tahu bahwa itulah esensi pada hari ini.


Beralih ke lapangan, dari tahun ke tahun saya sering terjebak macet dalam beberapa kali kesempatan, rentang Juli-Oktober, semua karena acara perayaan kemerdekaan. Wow, sungguh euforia sangat luar biasa. Mungkin di daerah lain berbeda dalam hal perayaan, tapi di daerah saya terdapat sebuah event peragaan busana yang unik dan disertai dengan lagu yang tengah viral. Yap.. Karnaval.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline