Di tengah perhatian dunia yang tertuju pada Damaskus dan pemerintahan baru Suriah dengan campuran kekhawatiran, ketakutan, dan optimisme yang hati-hati, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, memulai kunjungan ke Yordania sebagai bagian dari rangkaian tur diplomatik yang mencakup Turki. Fokus utama dari kunjungan ini adalah membahas krisis di Suriah.Dalam kunjungannya ke Yordania, Blinken bertemu dengan Raja Abdullah II dan Menteri Luar Negeri Yordania di kota Aqaba. Pertemuan ini bertujuan untuk mendukung proses inklusif dalam pembentukan pemerintahan baru di Suriah yang melindungi hak-hak minoritas. Blinken juga menekankan pentingnya membangun otoritas di Suriah yang tidak menjadi basis terorisme atau ancaman bagi negara-negara tetangga, seperti yang dikhawatirkan oleh Turki dan Israel.
Sebelum berangkat ke Turki, Blinken menyinggung serangan udara Israel di Suriah yang bertujuan untuk mencegah senjata militer Suriah jatuh ke tangan kelompok ekstremis. Blinken juga menegaskan pentingnya peran pasukan Suriah Demokratik (SDF) yang dipimpin oleh Kurdi dalam mencegah kebangkitan ISIS di wilayah tersebut.
Peringatan dan Keterlibatan Regional.
Di Den Haag, Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, Fernando Arias, memperingatkan risiko pencemaran dan hilangnya bukti berharga akibat serangan terhadap fasilitas senjata kimia di Suriah. Ia menambahkan bahwa organisasinya tidak memiliki informasi tentang lokasi yang mungkin terdampak. Sementara itu, di Teheran, Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, menekankan bahwa Iran terus mendukung Suriah dan menyesuaikan strategi dengan situasi baru di wilayah tersebut. Ia menyoroti perlunya fleksibilitas dalam menyelesaikan masalah global dan regional.i sisi lain, Kepala Intelijen Turki, Ibrahim Kalin, tiba di Damaskus dan melakukan kunjungan simbolis ke Masjid Umayyah. Pada waktu yang sama, delegasi Qatar juga bertemu dengan pemimpin kelompok oposisi, Ahmad al-Shar'a. Kelompok G7 turut menyatakan dukungannya terhadap proses transisi menuju pemerintahan inklusif dan non-sektarian di Suriah. Mereka menyerukan perlindungan hak perempuan, supremasi hukum, dan hak minoritas agama serta etnis.
Eskalasi Serangan Israel
Sementara itu, Israel terus meningkatkan intensitas serangannya di Suriah untuk hari kelima berturut-turut. Serangan udara Israel dilaporkan menargetkan radar dan sistem pertahanan udara di Latakia dan Tartus. Selain itu, tentara Israel mulai memaksa penduduk dua desa di selatan Suriah untuk meninggalkan rumah mereka. Televisi oposisi Suriah melaporkan bahwa pasukan Israel memasuki wilayah Quneitra dan memaksa warga menyerahkan senjata mereka, serta mengusir seluruh penduduk desa al-Hurriyah.
Respon Internasional dan Lokal
Dalam perkembangan lain, beberapa negara Arab dan Italia kembali membuka misi diplomatik mereka di Damaskus. Pemerintah transisi Suriah berterima kasih atas dukungan tersebut dan memberikan jaminan bahwa hak semua komunitas akan dilindungi. Namun, ketegangan meningkat dengan peringatan dari otoritas militer Suriah agar tidak ada pihak yang menyerang warga sipil atau properti. Serangkaian peristiwa ini menunjukkan dinamika kompleks yang terus terjadi di Suriah, dengan keterlibatan berbagai aktor regional dan internasional. Persoalan di Suriah tetap menjadi pusat perhatian dunia, dengan solusi yang masih jauh dari tercapai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H