Lihat ke Halaman Asli

Aliya Nabila

Mahasiswa

Slang Sebagai Ekspresi Kreatif di Kehidupan Sehari-hari

Diperbarui: 29 November 2023   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa memiliki peran yang penting dalam membentuk identitas, baik pada tingkat individu maupun kelompok. Dalam beragam ekspresi bahasa, slang muncul sebagai alat yang sangat efektif untuk mengekspresikan identitas kelompok, terutama di kalangan remaja dan dalam budaya digital yang terus berkembang. Fenomena ini menggambarkan bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga sarana untuk membangun dan mengkonstruksi identitas sosial dalam masyarakat yang dinamis.

Menurut KBBI, slang berarti ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi internal dengan maksud agar yang bukan anggota tidak mengerti. Pada kehidupan sehari hari, slang juga biasa disebut dengan ‘bahasa gaul’. Slang sendiri cenderung bersifat temporal dan berubah - ubah. Penggunaan slang sendiri berfungsi sebagai kode komunikasi yang membedakan suatu kelompok dari kelompok yang lain. 

Slang sering kali digunakan kalangan remaja bukan hanya sebagai bentuk komunikasi sehari - hari, namun juga sebagai wujud eksplorasi identitas dan perlawanan terhadap norma bahasa yang ada. Remaja sering kali mencari cara untuk membedakan diri dari generasi sebelumnya dan mengekspresikan kepribadian mereka yang unik dan ‘lebih’ dari generasi sebelumnya. Slang pada akhirnya menjadi salah satu medium remaja untuk mengekspresikan dirinya.

Remaja kerap kali menciptakan kata-kata baru dan memberikan makna yang berbeda pada kata yang sudah ada. Meskipun slang selalu mengalami perubahan dengan cepat, dinamika ini mencerminkan tingkat adaptabilitas yang tinggi dari kalangan remaja terhadap perubahan sosial dan tren budaya. Penggunaan slang oleh remaja juga mencerminkan keinginan mereka untuk mengeksplorasi batas-batas bahasa formal. Dengan menciptakan serta merubah makna kata, remaja berusaha untuk membuka ruang ekspresi yang tidak terbatas dan lebih bebas, memperkaya bahasa sehari-hari dengan kreasi dan inovasi mereka sendiri.

Terciptanya kata-kata baru dengan mudahnya menyebar melalui jejaring sosial, terutama media sosial. Remaja, yang aktif di platform ini, dengan santai menggunakan slang yang mereka ciptakan. Sebagai contoh, di Twitter, seseorang bisa membuat cuitan dengan menambahkan kata-kata slang mereka. Anggota kelompok yang sama kemudian ikut menggunakan kata-kata slang tersebut di Twitter mereka. Jika cuitan tersebut disukai banyak orang, semakin banyak yang menggunakan slang tersebut untuk terlihat up-to-date dan mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan media sosial berperan besar dalam mempercepat penyebaran slang, baik di Twitter maupun TikTok, menjadikannya bagian integral dari bahasa sehari-hari. Media sosial bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, melainkan juga sebagai medium untuk memperkenalkan dan mempopulerkan slang.

Contoh dari kata slang yang sering ditemui pada saat ini dan kerap di dengarkan pada pembicaraan sehari hari adalah kata “gabut” yang berarti bosan atau jenuh dan “mager” yaitu singkatan dari malas gerak. Penggunaan kata - kata seperti itu sudah menjadi hal yang umum di telinga kita di hari ini meskipun pada awalnya, dimana saat kata kata ini pertama kali muncul, terdengar cukup aneh. Kini, kedua kata tersebut malah telah meresap dan digunakan oleh berbagai kalangan.

Meskipun slang bukan hal baru bagi generasi lebih tua, namun mereka kerap menghadapi kesulitan dalam memahami slang yang dihasilkan oleh remaja saat ini. Ketidakmengertian generasi yang lebih tua terhadap slang remaja menciptakan jurang bahasa dan pemahaman antar-generasi, yang kadang-kadang dapat membawa stereotip atau pandangan negatif terhadap penggunaan bahasa tersebut. Hal ini menyoroti pentingnya dialog antar-generasi untuk mengatasi perbedaan bahasa dan menciptakan pemahaman bersama, serta untuk menghindari terbentuknya prasangka terhadap cara berkomunikasi yang berkembang di kalangan remaja.

Generasi lebih tua juga memiliki slang khas mereka pada zamannya. Sebagai contoh, penggunaan kata "kopdar," singkatan dari "kopi darat," yang artinya berkumpul bersama antar anggota suatu komunitas atau kelompok dengan minat atau hobi yang sama. Selain itu, istilah seperti "polkis," plesetan dari kata "polisi," "bokis" yang merujuk pada bohong, dan "bokin" yang berarti pacar, menjadi bagian dari bahasa slang mereka. Ini menunjukkan bahwa penggunaan slang sebagai bentuk komunikasi informal telah eksis dan berkembang sepanjang waktu, menggambarkan bagaimana bahasa terus bertransformasi melalui generasi.

Jadi kesimpulannya, peran slang dalam kalangan remaja sebagai alat ekspresi identitas dan perlawanan terhadap norma bahasa menunjukkan dinamika budaya yang terus berkembang. Meskipun slang cenderung bersifat temporal dan berubah-ubah, keberadaannya membawa dampak besar dalam interaksi sosial, terutama di era digital ini. Perkembangan media sosial, seperti Twitter dan TikTok, mempercepat penyebaran slang hingga menjadi bagian tak terpisahkan dari bahasa sehari-hari. Media sosial tidak hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan, tetapi juga sebagai medium untuk memperkenalkan dan mempopulerkan slang. Meski terkadang sulit dipahami oleh generasi yang lebih tua, penting untuk memahami dan menghargai peran slang dalam mencerminkan nilai, kreativitas, dan keunikan generasi muda saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline