Lihat ke Halaman Asli

Dik Ror

saya adalah pelajar MA Tahfidh Annuqayah

Tangisan Soekarno

Diperbarui: 18 September 2024   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dik Ror

 

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

***

Akulah Sukarno, sang pahlawan yang rela berkorban demi sebuah kemerdekaan. Angkuh melawan penjajah meski darah terus menetes membasahi tanah.

Proklamasi...

Akulah Sukarno, sang pembaca proklamasi kemerdekaan dengan suara lantang. Pemecah keheningan.

Kala itu, panas matahari sempurna membakar tubuh. Tapi, tiada kecap kata keluh terucap. Kami tetap tersenyum hangat di bawah terik matahari yang semakin menyengat. Mata kami membelalak, seakan telah tampak hasil jerih payah, tetes keringat dan darah selama sekian tahun melawan penjajah.

Setelah sekian puluh tahun aku membenamkan diri dalam bumi, kini aku terbangun. Badan yang dulunya penuh otot kini dipenuhi keriput. Perawakan wajah yang dulunya tegas perkasa kini bagai kakek-kakek yang seakan sudah berada di jung kehidupan. persendianku terasa melemah. Seakan aku tak sanggup lagi untuk berjalan. Aku tertegun di bibir liang lahad peristirahatanku. Tampak orang-orang yang tak menyadari akan keberadaanku berlalu-lalang melambaikan tangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline