Lihat ke Halaman Asli

Aliyah

Penulis

Isrullah-Usman Hadirkan Solusi Konkret, Janji Bangun Industri Rumput Laut

Diperbarui: 13 September 2024   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: https://cdn.sindomakassar.com/

Petani rumput laut di Luwu Timur mungkin tak terlalu banyak bicara. Mereka terbiasa menunduk, berkutat dengan tambak dan laut yang terus menuntut tenaga tanpa henti. Di balik kesunyian itu, ada masalah yang tak pernah lekang dari pembicaraan: penghasilan minim, harga jual rendah, dan tak adanya industri pengolahan di daerah mereka. Itu suara yang muncul berulang kali, tapi tak pernah sampai di telinga orang-orang yang berwenang.

Lalu datanglah Isrullah Achmad dan Usman Sadik, dua nama yang menjanjikan solusi konkret. Mereka berdua mengusung janji sederhana tapi berani: membangun pabrik industri rumput laut di Luwu Timur. Pasangan yang menamai diri mereka BERIMAN (Bersama Isrullah-Usman) itu berkata, dengan pabrik, para petani tak lagi harus menjual murah hasil budi daya mereka kepada pengepul. Dan tak ada lagi cerita soal hasil panen yang diangkut keluar daerah, seakan Luwu Timur tak pernah cukup layak untuk jadi pusat pengolahan.

Janji ini, kalau dilihat dari dekat, punya logika yang masuk akal. Luwu Timur adalah daerah dengan 80 persen warganya bekerja di sektor pertanian. Dari ujung Burau hingga Malili, rumput laut adalah salah satu sumber penghidupan utama. Namun, selama ini, petani terjebak dalam sistem yang tak berpihak pada mereka. Setiap kali panen, mereka selalu dipaksa menerima harga yang ditentukan pengepul. Padahal, kerja keras mereka tak bisa dinilai serendah itu.

Masuknya pabrik pengolahan di Luwu Timur, kata Isrullah-Usman, akan mengubah semua itu. Dengan pabrik di sini, para petani bisa langsung mengolah hasil budidaya mereka. Artinya, nilai jual akan lebih tinggi. Artinya, penghasilan petani akan naik. Dan yang lebih penting, hidup mereka akan lebih baik. Secara ekonomi, secara sosial, bahkan mungkin secara psikologis---karena tak ada lagi rasa kalah yang harus ditelan ketika mereka menyerahkan hasil panen kepada pengepul dengan harga yang menyedihkan.

Kenapa Isrullah dan Usman begitu peduli? Jawaban mereka terdengar cukup meyakinkan. Mereka ini orang Luwu Timur, katanya. Lahir dan besar di sana. Mereka tahu betul apa yang dirasakan para petani, sebab mereka sendiri berasal dari keluarga petani. Mereka hidup dan bergaul dengan petani, jadi mereka paham betul soal penderitaan yang dirasakan ketika harga jual jatuh, ketika jerih payah seolah tak dihargai.

Tapi politik, seperti yang kita tahu, tak sekadar tentang janji. Pembangunan pabrik memang terdengar manis di telinga, apalagi bagi para petani yang sudah terlalu lama pasrah pada nasib. Namun, janji ini, kalau tidak dipegang teguh, akan berakhir seperti janji-janji lain yang pernah lewat---lenyap di tengah riuh rendahnya dunia politik yang lebih sibuk dengan urusan kekuasaan ketimbang kesejahteraan.

Isrullah dan Usman bisa jadi juru selamat. Bisa juga jadi bagian dari lingkaran janji yang terus berputar tanpa pernah benar-benar sampai di tangan rakyat. Tapi, yang pasti, para petani rumput laut di Luwu Timur tak punya banyak pilihan. Dalam dunia di mana pengepul selalu lebih kuat, mereka harus percaya bahwa janji ini mungkin adalah satu-satunya kesempatan yang mereka punya. Dan kali ini, mereka berharap ada sedikit lebih banyak kejujuran di balik janji itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline