Lihat ke Halaman Asli

Alivva Rahmani

Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

YPI Ar-Rosyidiyah Tegaskan Perlunya 'Budaya Malu'

Diperbarui: 26 Oktober 2022   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru tengah mengabsen siswa/dokpri

YPI Ar-Rosyidiyah Tegaskan Perlunya 'Budaya Malu'


Bandung -- Yayasan Pendidikan Indonesia (YPI) Ar-Rosyidiyah menjadi salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan beberapa kebijakan kepada siswa-siswinya selain fokus belajar-mengajar. Diantara aturan yang ada, yayasan ini menegaskan kembali perlunya Budaya Malu pada Rabu, (10/26/22).


Kepala Madrasah, Rahmat Solihin menyebutkan ada lima belas (15) kriteria yang harus menjadi bagian dari budaya malu, diantaranya; malu apabila bertemu guru atau teman namun tidak menyapa, malu apabila membuang sampah sembarangan, malu jika mengotori dinding sekolah, malu jika mengganggu pembelajaran, malu bila tidak menghormati guru, malu bila terlambat masuk kelas, malu bila berpakaian tidak rapih dan menyontek PR (Pekerjaan Rumah) kepada teman, malu apabila lewat namun tidak permisi, malu jika bermuka masam, malu apabila berkata kasar, bolos sekolah, malu bila prestasi jelek, malu bila gagal ujian, dan malu apabila parkir sembarangan.


"Kalau ada yang berpakaian tidak rapih, sepatu, sabuk, dasi, sampai kerapihan rambut jika dilanggar maka akan dikenakan teguran" kata Wiwi Adawiyah, bagian kesiswaan YPI Ar-Rosyidiyah. Wiwi menuturkan apabila siswa melanggar maka akan diberi teguran ringan, namun apabila kembali melanggar maka akan dikenakan hukuman menulis ayat-ayat surat.


Terbentuknya Budaya Malu yang dibiasakan YPI Ar-Rosyidiyah diberlakukan sebagai bekal siswa-siswi ketika kembali ke masyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline