Lihat ke Halaman Asli

Awkward Moment itu...

Diperbarui: 13 Februari 2017   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Desember lalu saya pergi ke Jakarta, menemani mama saya yang katanya mau "dolan" atau dalam bahasa Indonesia "main". Mama saya dari lahir di Solo, tapi lulus SMA pindah ke Jakarta. Jadi teman-teman masa muda mama saya ada di Jakarta semua. Beberapa hari sebelum ulang tahun saya, mama saya nyeletuk "Mamam kok kerja terus ya? Gak ada waktu mainnya, Aku tak main ya ke Jakarta, tapi gak bawa kamu ke sananya." Saya jawab saja "ya silahkan kalau mau main, aku juga masih ada tanggungan kuliah. Emang mau kapan berangkat ke Jakarta?" Saya sih berharap saat ulang tahun saya, mama saya ada di rumah, ternyata mama saya malah menjawab "tanggal 6 Mamam berangkat ke Jakarta ya sama El." 

El adalah adik saya yang masih balita. Saya langsung menjawab dengan sinis "yaelah mam, masa iya aku pulang-pulang ke rumah pas ulang tahun di rumah gaada orang". Mama saya malah balik menjawab dengan sinis "lah katanya boleh main, terus kenapa kalau ulang tahun gaada orang di rumah?" dengan gengsi yang saya turunkan, dengan berat hati saya menjawab "masa di hari spesial gaada siapa-siapa, gitu aja ga peka, harus dijelasin langsung sama anaknya." Akhirnya mama memutuskan untuk berangkat tanggal 8 Desember dan sayapun ikut ke Jakarta walaupun dengan syarat, tapi daripada ulang tahun tidak ada sesuatu yang spesial? Jadi saya memutuskan untuk ikut ke Jakarta.

Karena di Jakarta judulnya "hanya menemani Mama main" jadi kami hanya main dari rumah ke rumah serta mengunjungi saudara-saudara. Perjanjian awalnya adalah tidak ada mall maupun pergi-pergi wisata hanya rumah ke rumah. Hari pertama di Jakarta kami menginap di rumah bude daerah Bintaro, hari itu kami dijemput di bandara lalu membeli makan "take away" dan melanjutkan perjalanan ke rumah Bintaro. Keesokannya kami bertiga melanjutkan perjalanan ke Cempaka Putih dengan menggunakan Grab. 

Sebenarnya di hari itu salah seorang teman dekat saya sedang berada di Jakarta namun hanya sehari itu saja, karena dia harus berangkat ke Jerman untuk melanjutkan studinya. Saya sudah diizinkan mama untuk mengantar teman saya ke bandara, namun karena waktu yang mepet jadi tidak enak kalau saya meninggalkan rumah saudara dengan tergesa-gesa. Kami sampai di Cempaka Putih sekitar jam 11 siang, dan teman saya berangkat jam 12 siang, jadi kalau saya harus balik ke Cengkareng mungkin teman saya sudah berangkat ke Jerman hehe. Seharian di Cempaka Putih, itung-itung biar mama saya mengenang masa mudanya. Malamnya saya dan mama saya menginap di penginapan daerah Pisangan, Jakarta Timur. 

Di malam itu mama saya mungkin merasa adik saya bosan karena hanya main ke rumah-rumah saja. Mama saya mengajak keliling Jakarta tapi dengan syarat, harus mau naik Busway. Saya sih senang-senang saja dengan syarat yang diberikan mama karena jarang-jarang keliling Jakarta naik Busway, bagi saya biar terasa ngetripnya.

Esoknya kami jalan kaki untuk sampai ke halte Busway, lumayan jauh jarak dari penginapan ke halte Busway. Kami berencana pergi ke Museum Nasional. Setelah sampai di Museum Nasional, kami terutama saya merasa inilah liburan yang sebenarnya. Karena setiap saya pergi ke Jakarta saya hanya dibawa ke mall saja dengan bude-bude saya yang di Jakarta. Adik saya merasa bosan disana, mungkin karena usianya juga yang masih kecil dan belum paham tentang sejarah-sejarah. baru sekitar satu jam disana adik saya sudah merengek minta pulang, minta main ke mall, dan minta pulang naik taksi hahaha, maklum anak kecil. Tapi sesuai perjanjian sebelumnya, permintaan adik saya untuk naik taksi tidak dituruti oleh mama saya. 

Akhirnya kami pun pulang naik Busway, dan adik saya langsung tidur pulas di dalam Busway. Hari itu saya diberi kesempatan mama saya untuk pergi bersama teman saya, kebetulan teman dekat saya di SMA ada yang kuliah di Universitas Trisakti, dan saya memang berencana mengajaknya main. Dia senang saya datang ke Jakarta, dia juga berharap bisa main dengan saya, teman SMA-nya. Berhubung saya sudah lama sekali tidak bertemu dengan teman saya ini, saya berharap bisa diberi waktu oleh mama untuk main yang cukup lama. Mama sebenarnya tidak mengizinkan saya main lama-lama karena saya belum tahu banyak daerah di Jakarta dan jarak penginapan dengan Kuningan City cukup jauh, tetapi setelah saya merayu mama dan saya izin menginap di Cempaka Putih saja, mama mengizinkan saya hehehe

Malam itu saya makan bersama teman saya di Plaza Festival kemudian lanjut ke Kuningan City untuk menonton film, kebetulan film yang akan kita tonton hanya tinggal di Kuningan CIty yang paling dekat jadi saya dan teman saya memutuskan untuk nonton disana. Kami selesai nonton sekitar jam 11 malam, dan kami langsung pulang supaya saya tidak terlalu malam pulangnya, sebenarnya itu juga sudah larut malam hehehe. Kami masing-masing pulang naik Grab Bike, teman saya menemani saya dulu karena driver saya cukup lama datangnya. Akhirnya kamipun pulang ke rumah masing-masing. 

Di jalan driver saya mengajak ngobrol, seperti biasa para driver memang ramah-ramah. Driver saya ini asli Sunda, driver saya juga tidak percaya kalau saya ini orang Jawa, katanya "Abis eneng engga medok, saya kirain bukan orang Jawa neng." Saya lahir memang di Solo, saya fasih juga berbahasa Jawa tapi waktu kecil saya bolak-balik Jakarta Solo dan karena keluarga saya bermacam-macam asalnya dan kebanyakan tante, bude termasuk mama besar di Jakarta jadi saya dan mama tidak memiliki logat medok, tetapi adik saya luar biasa medoknya hehehe. Kalau kata teman-teman mama sih karena "kecilnya kagak di Jakarta sih, beda deh ama kakaknya." Seketika saya tertawa mendengar ejekan teman-teman mama saya pada adik saya. Lanjut pada driver Grab Bike, ia banyak bercerita tentang dirinya. Ternyata dulunya sebelum ia menjadi driver, dia adalah seorang pembalap di Jakarta. 

Pembalap yang dimaksudkan disini tentu bukan seperti Rio Haryanto. Ia adalah driver baru, dan dia juga sedang mencari costumer yang banyak. Ketika sudah dekat dengan rumah, driver ini bingung dengan jalannya karena ia adalah driver baru, kami sempat berhenti untuk tanya pada orang-orang sekitar, berulang kali ia meminta maaf. Sebenarnya saya sudah hafal dengan jalan rumah di Cempaka Putih, namun saya tidak yakin dengan ingatan saya, jadi kami bertanya pada orang-orang sekitar. Akhirnya ingatan saya dengan jalan rumah kembali jadi kami tidak tersesat. Kebetulan malam itu gerbang kompleks rumah belum ditutup dan saya bisa masuk tanpa izin masuk dari hansip kompleks. 

Ketika sampai di gang depan rumah saya disambut oleh tante saya, kemudian saya bilang pada drivernya untuk menurunkan saya disitu saja. Driver itu seketika mematikan mesinnya dan langsung turun dari motornya menghampiri tante saya dan menjabat tangan tante saya. Tante saya merespon dengan mengulurkan tangannya dengan wajah yang bingung dan heran, tante saya melirik saya dan saya juga kebngungan dengan tingkah driver kocak ini hahaha. Inilah yang dinamakan awkward moment. Paginya saya dan tante saya membahas kekonyolan driver ini dan kami tertawa terbahak-bahak karena tante saya mengira ia adalah teman saya, padahal ia hanyalah driver Grab yang baru kenal dengan saya saat di jalan mengantar pulang. Sekian pengalaman awkward moment saya ketika saya berada di Jakarta. Selamat menikmati hahahaha.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline