Lihat ke Halaman Asli

Aliva Rosdiana

edupreneur

Bahaya Viralisme Dunia Digital

Diperbarui: 26 April 2018   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dunia digital dimana kita hidup saat ini bukan suatu hal yang asing lagi bagi kebanyakan orang. Dan dengan digital pula kita mendapatkan beragam informasi secara cepat. Soal akurat tidaknya tergantung siapa yang menyebarkan, apakah sifatnya menyebar kebaikan atau keburukan. 

Penyebaran berita secara cepat lewat dunia digital dalam hal ini disebut viral. Maka dalam hal ini viral merupakan aktivitas penyebaran berita lewat dunia digital sehingga menjadi populer dan menjadi perbincangan khalayak umum. Sebagai contoh, 'facebook akan ditutup' menjadi viral.

Benar tidaknya facebook ditutup pada tanggal 24 April 2018 masih menjadi rumor ramai di kalangan netizen. Entah siapa yang menyebarkan isu itu tentu menjadi kepanikan tersendiri bagi banyak pengguna facebook. Apalagi penjual online yang menggunakan facebook sebagai media pemasaran mulai ambil ancang-ancang menggunakan alternatif media sosial lain jika facebook benar-benar ditutup. 

Soal benar tidaknya apakah facebook benar-benar ditutup, menurut berita dilansir dari Tribun kaltim pada tanggal 20 April 2018 (Baca) dipastikan hoax. Sepekan lalu berita ini menjadi viral sampai-sampai netizen perlu menyebarkan berita viral video bergambar Mark Zuckerberg yang menjelaskan alasan menciptakan facebook dari satu akun ke akun lain. 

Kebocoran siapa yang menyebarkan hoax ini masih menjadi investigasi oleh pihak berwajib. Kebocoran ini akibat kebocoran data pengguna oleh oknum yang tidak bertanggungjawab digunakan untuk kepentingan politik, termasuk yang terlibat yaitu Cambridge Analytica, sebuah perusahaan data yang terlibat dalam kampanye kemenangan presiden Donald Trump diakses oleh sekitar 50 juta pengguna akun facebook tanpa sepengetahuan mereka, seperti dilansir pada Kumparan.com pada tanggal 22 Maret 2018. 

Gara-gara kebocoran ini, saham facebook mengalami kerugian hingga 10 persen atau sekitar 50 miliar dolar AS. Hal inilah yang menjadi alasan adanya tuntutan hukum dengan gerakan 'hapus facebook' yang sedang marak di dunia digital. 

Apalagi di Indonesia sedang marak pemilihan pilkada, pemerintah tidak ingin terjadi penyalahgunaan akun facebook untuk menyebarkan berita hoax terkait pilkada. 

Menjadi bahaya bagi seseorang pemuja viral jika segala informasi yang lewat di dunia digital serta merta diterimanya tanpa dicerna terlebih dahulu benar tidaknya informasi tersebut. 

Bahaya viralisme bagi pemuja viral dunia digital harus diberantas sebelum terlambat, maka dari itu perlu adanya sosialisasi bijak berviral. Viralisme khusus diperuntukkan bagi pengguna dan penyebar informasi entah itu akurat atau berita palsu (hoax). Jika informasi itu benar tentu saja akan mendatangkan kebaikan bagi penyebar berita, namun tidak bagi seseorang yang menyebarkan berita palsu, dalam hal ini disebut hoax

Menurut KBBI, istilah hoax berarti berita bohong. Dalam kamus Oxford, hoax diartikan malicious deception atau kebohongan dengan tujuan kejahatan. Bahaya viralisme dalam hal ini adalah ketika seseorang menyebarkan berita bohong dengan tujuan kejahatan.

Ada beberapa jenis hoax yaitu: hoax proper, hoax dengan judul heboh namun isinya tidak sesuai, dan berita benar namun konteksnya sungguh menyesatkan. Kata hoax proper jika diartikan secara Bahasa yaitu berita yang benar-benar bohong dan dibuat dengan sengaja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline