Lihat ke Halaman Asli

Pengerupukan di Desa Pakraman Kusamba (H-1 Nyepi)

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh

Alit Adi Sanjaya Setiap tahun, kita sebagai umat Hindu di Bali pasti merayakan yang namanya hari raya besar yaitu Nyepi. Dan sehari sebelum hari raya Nyepi tersebut, kita merayakan yang namanya hari pengerupukan. Yang biasanya diadakan moment yaitu mengarak ogoh - ogoh yang serempak dilaksanakan di seluruh Bali. Lalu, sebenarnya, apakah makna diadakannya ogoh - ogoh tersebut di hari pengerupukan tersebut ? PROSESI mengarak ogoh-ogoh serangkaian upacara Tawur Agung Kesanga adalah sebuah prosesi ekspresif- kreatif masyarakat Hindu di Bali dalam memaknai perayaan pergantian tahun Saka. Krama Bali membuat ogoh-ogoh buta kala seperti Kala Bang, Kala Ijo, Kala Dengen, Kala Lampah, Kala Ireng dan berbagai bentuk lainnya yang merupakan perlambang sifat-sifat negatif yang mesti di-somya agar tak mengganggu kehidupan manusia. Ogoh-ogoh buta kala yang dibuat kemudian natab caru pabiakalan sebuah ritual yang bermakna nyomia, mengembalikan sifat-sifat buta kala ke asalnya. Ritual tersebut dilanjutkan dengan mengarak ogoh-ogoh mengelilingi jalan-jalan desa dan mengitari catus pata sebagai simbol siklus sakral perputaran waktu menuju ke pergantian tahun Saka yang baru. Setelah prosesi ngerupuk tersebut ogoh-ogoh dipralina dengan dibakar. Berikut kemeriahan upacara pengerupukan di Desa Pakraman Kusamba yang berlangsung dari pukul 19.00 sampai 22.00 Wita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline