Lihat ke Halaman Asli

Alirman Djamereng

Flowman but not Superman

Cerpen: Malaikat Iseng (Episode 9)

Diperbarui: 3 Mei 2022   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pribadi

Sholat Jumat terakhir Ramadhan lalu saya laksanakan di Masjid Tanah Abang Lantai atas Pusat grosir terbesar di Indonesia, ditengah kewajiban mengantar belanja kebutuhan (baca -keinginan) lebaran. Seperti biasa saya hanya mengikuti dari belakang dan sesekali meraba bahan baju koko yang terpajang rapi. Sapaan " boleh, kak" berkelindan di telingaku membuat jiwa serasa muda perkasa dengan gaya tentengan kantong plastik hitam.

Di tengah eforia lautan manusia yang larut dalam pajangan baju, celana, dalaman sampai jajanan gorengan dan es teh, tiba tiba mata saya tertuju pada sosok memakai gaun putih bersinar agak jauh di sela kios mukena serba 50 ribu. Wajahnya yang bercahaya juga menatap ke saya seakan mengajak, memanggil untuk mendekat. Saya serasa mengenalnya...

"Betul, dia sahabat malaikat saya yang sudah lama tidak menemuiku. Entah marah atau mengganggap saya tidak layak lagi untuk ditemui". Tanpa berpikir panjang segera saya berlari menghampiri, bermanuver di sela bokong bokong kaum ibu yang asyik menawar. Namun dia menghilang dari tempatnya. Ekor mata saya menangkap sosoknya berjalan menjauh di antara jualan kaftan dan mukena Syahrini yang sudah tidak trend lagi. Saya pun kembali mengejarnya tapi sekejap dia menghilang lagi ke arah blok 6 tempat jualan hijab dan daster Bali. Cepat sekali seakan melesat, membuatku putus asa di antara sapaan, "boleh kak, murah kak dan cari apa kak?".

Sambil menahan nafas tersengal akibat umur yang tak lagi muda, saya terhenti di kios penjual gordin yang agak sepi. Saya menyerah mengejarnya dan berpikir dia sudah tidak sudi menemui saya. Mungkin saya dianggap sudah berlumur dosa sehingga tidak layak dijadikan sahabat seperti dulu. Bermacam sakwasangka berkeliaran dalam pikiran menyatu dengan keringat para pemburu baju, mukena, jilbab, jeans bahkan taplak meja.

Sekilas di gantungan kain meteran yang terpajang rapi, saya melihat secarik kertas yang berisi tulisan. Menyolok, sepertinya sengaja ditinggalkan oleh seseorang. Saya mengambil dan membacanya pelan...

SAHABATKU.

Dulu...

Keluhanmu sangat bising ketika masjid ditutup dan ibadah dilarang. Namun lihat, tetap saja kosong, sepi ketika semua pintu pintu masjid dibuka lebar.

Dulu...

Targetmu khatam selama Ramadhan, tapi satu juz pun tak terjangkau kala kantormu mulai aktif dan undangan berbuka bersama berdatangan.

Dulu...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline