Wahyu cakraningrat selalu menjadi buruan para putra mahkota untuk memberikan kekuatan spiritual sebagai raja besar. Maka betapa gembiranya ketika Werkudara alias Bima mendapatkan wahyu cakraningrat. Tapi selalu ketika para kesatria mendapatkan titisan wahyu cakraningrat maka berlaku pantangan yang wajib dihindari. Jika dilanggar maka wahyu suci akan hilang terbang dan pergi menjauh untuk selamanya.
Ketika Bima pulang dari bertapa dengan wahyu cakraningrat sudah menyatu dalam dirinya, maka terbang tinggilah angan-angan dan impian besar. Kelak anak keturunnanya akan menjadi raja besar penguasa dunia. Raja yang mahsyur namanya, raja tanpa tanding dengan kekuasaan yang luas dan tiada bandingannya.
Saat yang sama di Amarta sedang ada hajatan besar syukuran atas kelahiran abimanyu sang putra terkasih Arjuna. Prosesi hajatan terunda menuju puncaknya acara karena menunggu kedatangan Bima. Maka begitu Bima terlihat pulang Kresna, Arjuna dan semua Pembesar Amarta menyambut tamu yang lama ditunggu kehadirannya. Akhirnya larutlah Bima dalam acara pesta syukuran kelahiran Sang Abimanyu.
Namun betapa terkejutnya Bima ketika "cahaya putih" keluar meninggalkan dirinya. Wahyu cakraningrat telah keluar dari dirinya karena bima melanggar pantangan bahwa dalam 40 hari tidak boleh menghadiri pesta. Maka dengan perasaan kecewa dan murka dia kejar kelebatan cahaya itu ke arah keputren. Dan ternyata wahyu cakraningrat masuk kedalam bayi arjuna yang baru lahir. Sekarang wahyu cakraningrat telah menyatu dalam diri Abimanyu.
Maka amarah bima sudah tidak tertahan lagi. Dia dekati Dewi Subadra yang sedang menggendong Abimanyu dengan muka yang tegang, sorot mata merah menyala dan dengan kilatan kuku pancanaka yang siap memutus leher Abimanyu. Dalam suasana ketakutan Dewi Subadra berusaha menenangkan Bima. Tapi Bima sudah putus ingatan karena terobsesi untuk merebut kembali wahyu dengan cara membunuh Abimanyu. Maka disaat genting tersebut datanglah Arjuna dan Kresna dan berusaha menenangkan amarah Sang Bima.
Setelah Arjuna dan Kresna berhasil menenangkan Bima dan tahu permasalahan perihal wahyu suci. Maka negosasi berkahir dengan hak asuh abimanyu dilakukan oleh Bima. Maka sejak lahir abimanyu sudah dipelihara dan didik oleh Bima. Hal ini tentu sangat membesarkan Arjuna Sang Ayah. Karena Abimanyu beroleh anugrah diberikan pelajaran lahir bathin oleh Uak nya Bima kesatria Pandawa tanpa tanding.
Pemindahan Hajar Aswad
Ketika kabah hancur diterjang banjir bandang, maka semua kabilah bahu membahu membangun kembali kabah. Suasana gotong royong berubah menjadi kekacauan ketika proses finising renovasi kabah terjadi. Semua kabilah mempermasalahkan siapa yang paling berhak meletakan hajar aswad ke tempat semula. Semua kabilah memandang kepala suku mereka yang paling berhak meletakan hajar aswad tersebut.
Akhirnya ide brilian dari Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mengusulkan agar orang yang pertama kali masuk masjid esok pagi akan menjadi orang yang memutuskan perselisihan. Usulan ini dapat diterima oleh semua kabilah. Hingga subuh menjelang dan yang pertama kali masuk ke mesjid adalah Muhammad bin abdullah yang saat itu usia beliau sekitar 35 tahun dan belum menjadi Nabi. Sehingga semua kabilah sepakat bahwa yang berhak meletakan hajar aswad adalah Muhammad bin Abdullah.
Muhammad bin abdullah sejak sebelum jadi nabi telah memiliki reputasi adiluhung dan bergelar al amin. Artinya orang yang tidak pernah bohong dan dapat dipercaya. Maka ketika disepakti Muhammad yang meletakan hajar aswad semua kabilah sepakat tanpa catatan. Namun sifat luhur dan mulia yang dimiliki Muhammad bin Abdullah ternyata tidak beliau sendiri yang meletakan hajar aswad. Dibentangkanlah kain sorban yang beliau kenakan dan hajar aswad diletakan ditengah-tengah kain sorban.