Lihat ke Halaman Asli

Ali Rahman

Penggiat UMKM dan Aktivis Lingkungan Hidup

Ironi Kemakmuran Maluku Utara, Negeri Para Sultan

Diperbarui: 9 Juli 2024   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara | Dok. Kementerian ATR/BPN via Kompas.com

Tidak bisa dipungkiri NKRI sampai saat ini belum sepenuhnya merdeka. Bumi pertiwi yang gemah ripah loh jinawi belum mampu menyediakan sepenuhnya aneka kebutuhan pangan untuk rakyatnya. Padahal bumi, air/laut dan kekeyaan alam yang terkandung di dalam dan di atasnya begitu melimpah ruah. 

Keadaan ini sejatinya kesalahan kita semua yang belum mampu mentransformasikan sumber daya alam menjadi mesin kemakmuran yang berkelanjutan dan dinikmati secara adil dan merata. 

Masalah pangan selalu muncul berulang. Impor bahan pangan yang terus meningkat, gizi buruk yang diderita anak-anak ibu pertiwi, pengangguran yang masih besar serta ketimpangan fasilitas pendukung kehidupan rakyat seperti sarana transportasi darat dan laut yang masih menjadi kendala di banyak daerah kepulauan. Itu adalah deretan masalah utama yang belum terpecahkan secara komprehensif.

Maluku Utara Negeri 4 Sultan

Moloku Kie Raha atau Maluku negeri dengan 4 (empat) kesultanan adalah negeri yang kaya raya dari dulu sampai sekarang. Negeri penghasil sumber daya rempah yang sudah menjadi buruan para saudagar eropa, arab dan china sejak sebelum NKRI lahir. Negeri tempat tumbuh dan berkembangnya aneka ikan yang menghidupi banyak negara di dunia. Negeri yang dicari karena kandungan mineralnya yang mencucurkan air liur banyak bangsa didunia untuk mengeksploitasinya tanpa menghiraukan kesejahteraan penduduknya.

Maluku Utara (Malut) adalah negeri dengan 4 (empat) kesultanan, yaitu Kesultanan Bacan, Ternate, Tidore dan Jailolo/ Halmahera. Maluku termasuk salah satu provinsi utama yang menyokong sempurnanya perjalanan kemerdekaan NKRI. Ada banyak tokoh nasional yang menjalani perjalanan kebangsaan di masa pengasingan ke Maluku. Sebut saja Bung Hatta, Bung Sayahrir dan Bung Iwa Kusumasumantri. 

Para tokoh bangsa tersebut mendapatkan penguatan spirit perjuangan kebangsaan di tanah Maluku. Maluku adalah negeri dunia. Di mana seluruh bangsa-bangsa dengan peradaban maju dari dulu sampai sekarang menjadikan Maluku sebagai destinasi perdagangan. Negeri dengan aroma rempah yang tercium semerbak ke daratan eropa, timur Tengah dan china. Globalisasi sudah dikenal di Maluku sejak sebelum lahirnya NKRI.

Begitu indah dan kaya rayanya bumi Maluku Utara tidak heran kalo mendapat julukan sekeping surga di timur NKRI. Keindahan Pulau Tawale, Pulau Kasiruta, Tanjung Bongo, Gua Boki Moruru , dan masih banyak lagi mozaik keindahan bumi maluku utara. Selain itu kekayaan laut yang melimpah ruah seolah menambah kesempurnaan maluku sebagai negeri para sultan yang tiada banding di tanah NKRI. 

Maluku sebagai pusat berkembangbiaknya ikan khususnya Cakalang, Tuna dan Tongkol menjadikan maluku sebagai tempat yang sangat potensial untuk membangun industri perikanan yang terintegrasi, sustainable dan ramah lingkungan. Maka lengkap sudah kekayaan alam darat dan laut dimiliki bumi maluku sebagai anugerah yang sangat besar sebagai sumber kemakmuran rakyat maluku khususnya dan NKRI pada umumnya.

Keindahan Laut Maluku sebagai destinasi wisata (Sumber: Foto pribadi)

Ironi Kemakmuran di Maluku Utara

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline