Lihat ke Halaman Asli

Alira Arwaa

Mahasiswa

Strategi Dakwah Nabi, Fondasi Kejujuran dan Desikasi Menurut Al-Quran dan Sejarah

Diperbarui: 19 Juni 2024   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kiat Sukses Dakwah Nabi
Oleh: Syamsul Yakin dan Alira Arwaa
Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Waktu yang dibutuhkan Nabi untuk berdakwah sekitar 23 tahun, dengan 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Ayat yang turun untuk menyeru masyarakat Mekah adalah "Yaa ayyuhannas" atau seruan untuk manusia secara umum, sementara di Madinah adalah "Yaa ayyuhal ladzina aamanuu" atau seruan untuk orang beriman secara umum. Ini adalah bagian dari strategi dakwah Nabi berdasarkan pedoman al-Qur'an.

Pesannya dalam dakwah terutama terkait dengan akidah atau tauhid. Nabi pertama-tama mengajak masyarakat Mekah untuk meninggalkan sistem politeisme dan paganisme menuju pengesahan Allah yang Esa. Ini adalah strategi yang sangat efektif, karena seperti dalam bangunan, akidah adalah fondasi yang kokoh. Syariah berperan sebagai dinding, sementara akhlak adalah gentengnya.

Berbeda dengan di Madinah pada masa itu, pada era ini, pesan dakwah yang diterapkan mencakup akidah, syariah, dan akhlak, mengingat fondasi keimanan masyarakat Madinah yang sudah kuat.

Menurut catatan sejarah, perintah ibadah puasa dan zakat turun pada tahun kedua hijriyah, sementara umat Islam pertama kali menunaikan ibadah haji pada tahun kesembilan hijriyah. Hanya perintah shalat yang turun pada tahun terakhir kenabian di Mekah atau sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Semua perintah syariah ini merupakan strategi dakwah Nabi yang dibangun berdasarkan wahyu Allah.

Kiat dakwah Nabi dapat dilihat dari tahapan-tahapan dakwah yang dilaksanakan. Pada awalnya, Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi di Mekah hingga akhirnya Allah memerintahkan berdakwah dengan terang-terangan. Sekali lagi, strategi dakwah ini merupakan ketetapan yang datang dari langit.

Setelah Nabi hijrah ke Madinah, pendekatan dalam berdakwah berubah. Nabi pertama-tama membangun Masjid Quba pada tahun pertama hijriyah, yaitu tahun 622 Masehi. Langkah berikutnya adalah menjalin perjanjian dengan komunitas Yahudi yang telah lama tinggal di Madinah sebelum kedatangan Nabi.

Setelah mengimplementasikan kedua strategi ini, Nabi menyatukan dua kelompok utama dalam dakwahnya, yaitu Muhajirin (imigran dari Mekah) dan Anshar (penduduk asli Madinah), yang bersatu untuk mendukung misi dakwah Nabi. Strategi terakhir yang dilakukan Nabi adalah membangun pasar untuk memperkuat perekonomian, menggabungkan keahlian perdagangan dari Mekah dengan pertanian yang menjadi keunggulan Anshar di Madinah.

Praktik dakwah Nabi dapat dipelajari dari kitab-kitab hadis dan sejarah perjuangannya. Kiat dakwah Nabi tercermin dalam sifat-sifatnya, seperti kejujuran, amanah, kecerdasan, dan dedikasi dalam penyebaran pemahaman akan akidah dan syariah Islam.

Dengan sifat-sifat ini, Nabi dikenal melakukan dakwah dengan kejujuran penuh, menjaga amanah dalam menyampaikan wahyu Allah dengan sungguh-sungguh, bahkan dalam keadaan kaya maupun miskin. Nabi juga menggunakan metode tabligh, yaitu memberikan pemahaman mendalam tentang akidah dan syariah Islam kepada umat, dengan cara yang cerdas dan fathonah atau bijaksana.

Proses terciptanya kiat dakwah Nabi dapat disimpulkan menjadi dua aspek. Pertama, kiat yang datang sebagai wahyu dari Allah melalui ayat al-Qur'an. Kedua, kiat yang muncul berdasarkan inisiatif Nabi yang senantiasa dipandu oleh wahyu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline