Pos ronda Cibangkonol memang strategis, letaknya di pojok kampung, di dekat rumah Mang Ebeng yang paling ujung dan dekat dengan jalan menuju kebun dan pesawahan.
Maklum, kalau lagi musim, jalan menuju pesawahan itu adalah jalur masuk dan keluar favorit para maling, karena banyak tempat untuk bersembunyi dan melarikan diri.
Tapi Alhamdulillah, meski di kampung sebelah sudah mulai terdengar adanya maling lagi, di Cibangkonol masih aman. Selain letaknya paling ujung dekat dengan sungai besar, penduduk Cibangkonol tak punya banyak harta seperti di Cisumpil yang banyak kemalingan motor.
Dulu sih Cibangkonol juga sering disatroni, terutama maling ayam dan kambing, karena memang banyak yang miara. Sekarang, bukan karena nggak ada yang miara lagi, tapi malingnya yang sudah mengubah sasaran.
Mungkin daripada nyolong ayam dan kambing yang nggak seberapa nilainya --tapi digebukinnya sama kalau ketangkep, mendingan nyolong motor yang lebih mahal dan lebih mudah dibawa kabur.
Meski begitu, pos ronda tetap aktif di malam hari. Bukan karena pada rajin ronda, tapi karena di rumah masing-masing kurang hiburan, jadi lebih enak nongkrong di pos ronda. Banyak teman, kadang sambil rame-rame bakar-bakar, entah itu singkong atau jagung. Lumayan, daripada bengong di rumah.
Dan siang hari, apalagi bulan puasa ini, juga selalu ada orang. Setidaknya yang numpang ngaso atau tiduran, karena hawanya memang sejuk dan suasananya tenang.
Sore itu pun Si Kabayan pun berniat numpang bobo di sana. Kalau di saung sawah takutnya ketahuan Abah, disuruh kerja jagain kolam malah tidur. Kalau di rumha, pasti diomelin terus istrinya, Nyi Iteung. Tapi ternyata di pos ronda sudah ada si Ubed, remaja lulusan SMA yang belum juga dapat kerjaan. Disuruh macul males, katanya pengen kerja di pabrik.
"Kamu ngapain di sini Bed?" tanya si Kabayan.
"Nyari sinyal, Mang..." jawab Ubed sambil memegangi hapenya. "Di sini sinyalnya bagus, nggak kayak di rumah..."
"Nyari sinyal apa nyari aman?" tanya si Kabayan.