Lihat ke Halaman Asli

Alip Yog Kunandar

TERVERIFIKASI

Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Menunggangi Badai Lewat Pintu Lirik Jim Morrison

Diperbarui: 28 Desember 2020   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WPAP by Alip Yog Kunandar

Kalau ditanya lagu yang cocok untuk mengakhiri akhir tahun ini, saya akan menunjuk Riders on the Storm-nya The Doors. Kenapa? Tahun ini, orang-orang seantero bumi dipaksa berlindung di rumah masing-masing untuk menghindari badai. Ya apalagi kalau bukan badai corona itu. 

Badai yang nggak ketahuan kapan akan berakhir. Saya percaya pada frase "Badai Pasti Berlalu" yang dipakai penulis Marga T sebagai judul cerita bersambung di Harian Kompas, terus dijadikan novel, difilmkan, sampai dibuatkan lagunya oleh Eros Djarot dan Chrisye. Tapi kapan berlalunya?

Daripada hanya berharap badainya segera berlalu, kenapa nggak pake idenya Jim Morrison, vokalis dan penulis lagu-lagu The Doors itu? Lagu yang dirilis tahun 1971 itu --tahun yang sama dengan kematian Morisson---merujuk pada 'penunggang di tengah badai.'

Artinya, Jim menyuruh kita melewati badai itu, alih-alih hanya nongkrong di rumah sambil bernyanyi menirukan Berliana Hutauruk atau Chrisye, badai... pasti berlalu... badai pasti berlalu. Sampai kasetnya kusut pun, badainya nggak berlalu juga.

Biarlah lagu itu menjadi doa, pengharapan, dan semacam optimisme. Tapi seperti kata Pak Ustadz, doa itu harus disertai usaha. Usahanya, ya itu, ikuti liriknya Morrison, lewati badai itu. Dan kita sebetulnya sudah berusaha untuk itu, dengan segala upaya pula. Dari 3M, PSBB, WFH, pencarian dan akhirnya mendatangkan vaksin, adalah upaya-upaya melewati badai itu.

Tapi namanya juga lagi musibah, selalu saja ada yang memanfaatkannya untuk mengeruk keuntungan sendiri. Morrison menggambarkannya sebagai "there's a killer in the road," ada pembunuh di jalanan.

Pembunuhnya bukan badai itu, meski badai itu memang telah membunuh banyak orang. Pembunuh yang disebut Morrison itu adalah mereka yang memanfaatkan situasi; menilep dana bansos, mempolitisi vaksin, abai dengan protokol kesehatan hingga membahayakan orang lain, dan lainnya.

Sayangnya saya nggak pernah ketemu Jim Morrison. Dia keburu meninggal sebelum saya lahir. Kalau saja sempat ketemu, ngobrol, diskusi sambil ngopi, saya mau menyarankan satu hal yang saya harap jadi idenya untuk menulis kelanjutan lagu itu. Mungkin semacam Metallica yang bikin Unforgiven sampai jilid III, Ebiet G Ade yang bikin Camellia sampai empat jilid, atau bahkan Koes Plus yang menulis Nusantara sampai berapa ya, VIII?

Kalaupun nggak sampai berseri, paling nggak ikut tren lagu Indonesia tahun 80-an lah, bikin 'jawaban'-nya, kayak lagu Hati yang Luka terus dijawab Penyesalan (Jawaban Hati yang Luka). Rada nyambung, soalnya Riders on the Storm isinya 'pepatah' cowok pada cewek untuk 'mencintai cowokmu, apapun yang terjadi.' Kan abis itu bisa nyuruh penyanyi cewek untu lagu Answer of Riders on the Storm.

Apa yang mau saya sampaikan? Saya mau usul agar lagunya nggak cuma pengendara yang melewati badai, tapi jadi pengendara badai alias storm rider. Bagi saya, berdoa Badai Pasti Berlalu itu bagus, tandanya kita masih ingat Yang Maha Kuasa. Menjadi penyintas badai Riders on the Storm bagus, tandanya kita tak mudah putus asa. Tapi alangkah lebih baiknya kalau sekarang kita yang menunggangi badai itu, jadi Storm Rider.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline