gambar ( www.jendelasastra.com)
Inilah fakta yang terjadi dan ini juga merupakan pengalaman pribadi saya, saya mau menulis permasalahan ini kepada pembaca agar menjadi bahan pertimbangan nantinya khusus nya anda sebagai orang tua. Awal kisah saya menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama "prev" sebut saja begitu. Awal perkenalan saya dengan nya ketika kami sama-sama berkumpul di salah satu komunitas sosial yang menurut saya komunitas tersebut cukup menarik. Selang beberapa minggu tiba-tiba saya di uji dengan musibah dimana saya kecelakaan sepeda motor yang berakibat pada kondisi wajah saya sedikit berubah dimana di daerah pelipis mata dan bawah bibir terdapat jahitan dan dagu saya pun miring karena terbentur aspal. Otomatis rasa percaya diri sayapun berkurang, keluarga, tetangga dan teman-teman dekat pun datang untuk menjenguk dimana salah satu dari mereka yang menjenguk adalah "prev" yang pada saat itu belum menjadi kekasih saya. Setelah beberapa hari perawatan di RS akhirnya saya diperbolehkan pulang, dan selang satu hari saat dirumah "prev" kembali menjenguk saya dan dari situlah orang tua dan keluarga saya menilai positif kehadiran prev, yang pada akhirnya saya menjalin hubungan dengan nya.
Awal menjalani hubungan dengan nya saya merasa tidak percaya diri karena kondisi wajah saya yang mengalami sedikit perubahan, tapi prev dapat menerima keadaan saya dan itu yang membuat saya takjub dengan prev karena dia memiliki hati yang mulia dimana dia setia merawat saya. Setelah kondisi saya benar-benar pulih saya menikmati masa pacaran dengan nya seperti kebanyakan orang diluar sana yang diselimuti kebahagiaan, beberapa bulan kemudian saya berinisiatif untuk membuat usaha dan di situlah saya saling berkomitmen untuk menjalani usaha ini bersama untuk masa depan. Prev pada saat itu masih kuliah tapi karena jurusan yang diambil nya tidak sesuai dengan keinginan nya dia jadi tidak terlalu bersemangat karena itu bukan pilihan dia tapi orang tua nya lah yang menyarankan alhasil kuliah nya pun jadi tidak maksimal dan berantakan, sehingga prev memutuskan untuk fokus menjalani usaha bersama saya dan orang tuanya pun mengetahui aktivitas yang di jalankan prev bersama saya, seakan mengesahkan apa yang kami berdua jalani. Setahun sudah perjalanan kisah cinta saya dan hasil uang usahapun kami tabung karena memang kita memiliki rencana untuk menikah, Ketika itu saya berencana untuk melamar prev kepada orang tua nya yang pada saat itu hanya ada ibu nya saja karena memang ayah nya seorang pelayar yang pulang nya setahun sekali, tapi untuk awal tidak ada salah nya saya membicarakan ini kepada ibu nya, Harapan yang penuh optimis nampak menyelimuti diri saya dan prev ketika saya memberanikan diri untuk melamar prev kepada orang tua nya, tapi harapan tinggal harapan ternyata orang tua prev lebih ingin prev menyelesaikan kuliah nya terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan bekerja yang kurang lebih memakan waktu 4 tahun untuk saya menunggu, yang membuat saya dilema saat itu adalah umur saya sudah memasuki 30 tahun dan kalau pun saya harus menikahi nya berarti umur saya sudah 34 tahun itupun kalau prev bisa menyelesaikan study dan menndapatkan pekerjaan yang benar-benar membutuhkan waktu selama 4 tahun karena bisa saja itu lebih.
Masuk tahun kedua perjalan kisah cinta saya pun masih berjalan mulus tanpa ada kendala sekalipun prev tidak melanjutkan kuliah nya sesuai dengan keinginan ibu nya karena prev dan saya sibuk mengurus usaha, dan apa yang saya lakukan berdua itu diketahui orang tuanya dan orang tua nya pun tidak berkomentar apa- apa seakan meng-amini apa yang saya jalani berdua. Dari usaha tersebut akhirnya saya dapat mengumpulkan uang puluhan juta yang memang sengaja saya persiapkan untuk pernikahan nanti nya, adapun sebagian uang nya memang sengaja saya percayakan prev untuk memegang nya karena saya berencana membelikan prev mas kawin dari uang tersebut.
Dua tahun berjalan masuklah saya ketahun ketiga dimana ini merupakan tahun yang kelam dalam hubungan saya, sikap saya selama beberapa tahun belakangan menjadi keluhan prev yang terpendam, yah mungkin ini dampak dari sikap orang tua nya dimana saya sudah ingin cepat menikah tapi seperti di ulur-ulur yang akhirnya berdampak pada sikap saya yang sedikit temprament dan kurang perhatian kepada prev menurut nya tapi saya merasa itulah saya yang memang sedikit nya sudah prev ketahui, tapi nampak nya itu menjadi diri prev berubah kepada saya dimana diam-diam dia berselingkuh dengan teman ayah nya yang kebetulan pada saat itu ayah nya sudah pulang berlayar, dan teman nya menyempatkan diri untuk menginap. Dan dari situlah malapetaka datang diam-diam prev menjalin hubungan dengan teman ayah nya sekalipun hanya melalui telepon tapi disisi lain prev begitu mengagumi sosok nya yang menurut nya begitu perhatian tidak seperti saya yang sedikit cuek. Tapi biar pun saya cuek tapi saya benar-benar tulus mencintai nya bagaimana tidak saya telah membuktikan kepada nya dengan memberikan sebagian hasil usaha untuk dipegang oleh nya sampai-sampai PIN ATM pun dia yang mengetahui nya. Singkat cerita akhirnya hubungan selingkuh yang sudah berjalan dua bulan itu saya ketahui dan dari situlah amarah saya tidak bisa saya bendung lagi saya menampar nya sampai bibirnya berdarah, yang pada akhir nya prev pergi meninggalkan saya,yah begitulah yang terjadi karena saya paling benci melihat wanita yang berselingkuh.
Penyesalan kini hanya tinggal penyesalan,yang pada akhir nya hubungan saya pun kandas dan kedua orang tua nya pun kembali meng-kuliahkan prev ke fakultas kedokteran tempat ibu nya bekerja, disana prev kembali di lema karena dia harus mengikuti mata kuliah wajib diluar agama nya yang sudah jelas ini bertolak belakang dengan ajaran agamanya sebagai muslim. Tapi demi mengejar karir apa yang di sarankan oleh ibunya untuk mengenyam pendidikan disana nampak nya bukan hal yang tabu, bahkan ibu nya sendiri menyarankan agar saat berdoa atau mengikuti mata kuliah tersebut disana prev tidak perlu di masukan kedalam hati, sama seperti kita belajar matematika atau mata kuliah umum lain nya.Aneh bagi saya Agama menjadi taruhan demi tercapai nya kesuksesan karir, tapi itulah yang terjadi akhirnya pernikahan yang sudah saya impi-impikan harus kandas demi mengeyam pendidikanyang seakan setelah menikah pendidikan dan karir tidak bisa di capai. Saya sebagai muslim beritikad baik untuk menikahi nya di karena saya ingin menjauhi diri dari kemaksiatan dan zinah dan juga melengkapi separuh agama saya dan menjalankan perintah allah serta mengikuti sunnah rasulullah, Tapi tidak demikian dengan ibunya dia begitu ngotot agar anak nya mengejar karir terlebih dahulu, karena prinsip ibu nya wanita juga bisa hidup tanpa laki-laki,saya cukup beristighfar mendengar nya saat itu.
Tapi apa hendak dikata akhirnya prev pun menuruti perintah orang tua nya dengan alasan pengabdian sebagai anak, padahal segala cara sudah saya lakukan untuk mencegah nya karena tidak ada alasan mengikuti keinginan orang tua yang menurut saya me-nomor .2 kan agama demi karir yang sifat nya hanya sesaat.... nauzubillah minzalik
Semoga anda yang saat ini menjadi orang tua pertimbangkan dulu mana yang harus di prioritas kan, dan jangan mengambil hak anak karena yang menurut anda baik belum tentu untuk nya. terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H