Lihat ke Halaman Asli

Alipir Budiman

hanya ingin menuliskannya

Maafkan Kami, Pak Mendikbud....

Diperbarui: 26 November 2017   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

25 November yang baru saja berlalu, guru-guru di Indonesia merayakan Hari Guru Nasional. Tanggal ini dijadikan hari guru sesuai dengan hari lahirnya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), 25 November 1945. Di berbagai media, terutama media sosial , hampir semua orang menuliskan ucapan tentang guru di tanggal tersebut. Berbagai macam isinya. Beberapa ucapan yang saya terima saya kutip di bawah ini:

"Untuk semua guru yang mulia. Jasa kalian akan tetap selalu kami kenang. Tetaplah menjadi pelita untuk anak bangsa".

"Orang hebat bisa melahirkan karya-karya bermutu, tapi guru yang bermutu dapat melahirkan ribuan orang hebat".

"Jadilah seorang guru yang hadirnya ditunggu, hilangnya dirindu, ilmunya diburu, nasihatnya diseur, dan tingkahlakunya ditiru".

Ucapan ini datang dari murid, mantan murid, orang-oang yang pernah sekolah, teman-teman, sahabat, rekan sesama guru, maupun orang-orang yang peduli tentang guru.

Sementara saya, di hari yang sama, hanya membagi postingan yang isinya sederhana. "Untuk diri sendiri dan kawan2 guru... jadi guru jangan pangoler maajar, jangan mamantingakan kapantingan pribadi sampai rancak kada mangajar. Kasian anak murid kita nang baharap banyak lawan kita.
Dah itu haja,,,,,," (Untuk diri saya sendiri dan kawan-kawan guru... jadi guru jangan malas mengajar, jangan mementingkan kepentingan pribadi sehingga sering tidak mengajar. Kasihan anak murid kita yang banyak berharap kepada kita, Itu saja....)

Di hari yang sama, Mendikbud, Muhajir Effendy, juga memberikan sambutannya kepada para guru. Kata beliau, bahwa urgensi penguatan karakter kepada siswa semakin mendesak seiring dengan tantangan berat yang dihadapi di masa-masa yang akan datang. Siswa saat ini adalah calon Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 yang harus memiliki bekal jiwa Pancasila yang baik guna menghadapi dinamika perubahan yang sangat cepat dan tidak terduga.

"Oleh karena itulah kita mendukung guru-guru kita untuk terus bekerja keras mewujudkan generasi penerus yang cerdas dan beraklak mulia. Untuk itu guru harus dapat berperan sebagai "the significant other" bagi peserta didik. Guru harus menjadi sumber keteladanan." kata beliau.

Beliau lantas bertanya:  apakah guru-guru kita sudah cukup profesional dan menjadi teladan bagi peserta didiknya?

Ucapan-ucapan yang datang dari berbagai kalangan, juga pernyataan Mendikbud, rasa-rasanya seperti menampar mukaku. Bahwa, apa yang mereka tulis, apa yang mereka ucapkan, terkadang hanya menjadi kata-kata manis yang indah bila didengar. Sedang dalam kenyataanya, masih banyak guru-guru yang tidak bisa mewujudkan harapan itu. Coba di cek di sekolah-sekolah terdekat dengan pembaca. Apakah menemukan guru yang malas mengajar? Saya yakin, akan banyak sekali. Mereka punya banyak alasan untuk tidak masuk kelas.

Pertama, punya kegiatan sampingan di luar sekolah. Kegiatan sampingan ini, misalnya, menjadi penceramah yang bisa dipanggil ke sana kemari pada saat jam belajar, atau memiliki usaha atau bisnis yang mengharuskan berada di luar sekolah. Dengan dibayar, dia merasa bekerja sebagai guru adalah pekerjaan sampingan dengan gaji yang sudah pasti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline