Sebagai
Seorang Ibu 5 Anak, saya ingin semua anak saya menjadi anak sholeh sholehah. Membangun karakter anak di zaman sekarang bukan persoalan yamg mudah. Apalagi di tengah kondisi sekulerisme yang menjadikan Islam hanya sebatas agama spiritual. Pun bukan hanya menyerahkan anak ke sekolah-sekolah Islam saja. Karena sejatinya tugas utama mendidik anak adalah kedua orang tuannya terutama seorang ibu.Dengan amanah yang besar dari Penguasa Alam semesta, Allah SWT, saya pun ingin anak-anak mempunyai ketertarikan kepada Masjid. Jadi setiap perjalanan, mereka akan memilih tempat favorit yaitu masjid. mereka akan lebih suka ke masjid dibanding tempat lain seperti mall, taman dan tempat hiburan yang lain.Maka dari itu, saya suka membawa anak saya ke masjid untuk sholat berjamaah. Merasakan keberkahan dan rasa khitmad yang luar biasa di rumah Allah SWT. Tapi tidak semua masjid ramah dengan anak. Kadang ada yang risih khawatir masjid menjadi kotor. Saya punya pengalaman yang tak mengenakkan di masjid bersama anak-anak.
Pada suatu siang, saya membawa anak-anak saya ke masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Yang masih bayi saya letakkan di samping saya, anak laki-laki ikut shaf laki-laki dan perempuan ikut shaf di jamaah wanita. Anak-anak saya pun berwudhu dengan tertib tanpa menyisahkan banyak air di area berwudhu. Kemudian sholat berjamaah.
Sebagai suatu kebiasaan seorang ibu, ketika mengajak anaknya keluar rumah adalah menyiapkan segala sesuatunya demi kenyamanan dan keamanan anak. Dari baju ganti, diapers, minyak telon, tissue kering, tissue basah, air minum, makanan sampai cemilan. Tidak lupa pula membawa kantong plastik. Perbekalan yang tidak luput dibawa jika keluar rumah.
Setelah sholat berjamaah, anak-anak meminta minum dan cemilan. Akupun menyuruh mereka untuk makan dan minum di teras masjid dan tidak makan berantakan.
Mereka pun menurutinya. Ternyata di teras masjid, mereka sembari nyemil dan minum malah bercanda akhir merekapun berlarian. Dan salah satu anakku tidak sengaja menumpahkan cemilan.
Sontak ada bapak marbot masjid yang marah melihat masjid yang tak seberapa kotor. Karena cemilan yang tumpah padahal hanya sedikit. "ini anak siapa ini?" kenapa makanannya tumpah?"
"Lain kali jangan ke masjid ya.. Kalo bikin masjid kotor. Bu anaknya bikin kotor masjid"
Akupun berdiri dan menghampiri. " maaf pak, makanan yang kotor bisa saya bersihkan. Tapi mereka adalah pemimpin masa depan. Merekalah yang nanti akan sholat dan memakmurkan masjid di sini".
"Biarkan mereka bermain di masjid". "Anak saya bukanlah anak yang kotor. Yang Kalau makan belepotan di area muka dan pakaiannya. Anak saya anak yang bersih. Saya mengajari mereka untuk makan dengan rapih dan minum dengan tertib. Jika ada remah-remah makanan segera dibersihkan agar tidak menjadi makan untuk setan".
Bapak itu pergi dan akupun membersihkan cemilah yang tumpah. Aku heran yang tumpah bukanlah kotoran najis atau susu atau sampah yang tidak mudah dibersihkan. Itulah sekelumit kisah dimana, orang menatap tidak suka jika anak di masjid.
Bahkan ada masjid yang mengkunci pintu pagarnya kecuali ketika adzan tiba. Dengan alasan anak-anak suka bermain di teras mesjid. Padahal tidak sampai mengotori masjid. Hanya kekhawatiran masjid kotor atau marbot malas membersihkan masjid.
Padahal sejatinya masjid adalah rumah Allah SWT. Dari sejak dini mereka diperkenalkan dengan rumah Allah SWT. Masjid merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan Allah SWT dan dimiliki oleh Rasulullah Saw dan umatnya. Masjid merupakan rumah Allah SWT di bumi yang dijadikan sebagai tempat beribadah, dimana didalamnya Allah SWT sajalah yang disembah.
Maka kenapa bisa kita lihat generasi sekarang lebih suka ke mall, cafe dan tempat hiburan yang lain. Mungkin bisa jadi karena pelarangan ketika mereka waktu masih kecil, mereka dilarang main di masjid. Inilah buah pahit dari sistem sekulerisme yang tidak punya mekanisme takmir masjid agar anak-anak suka dengan masjid dan jamaah betah dengan masjid.