Lihat ke Halaman Asli

Alin You

Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

Guru Killer yang Dikenang Sepanjang Masa

Diperbarui: 9 Desember 2019   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Killer (Sumber: matakepri.co.id)

Kalau ngomongkeun soal guru mah abdi resepna ka guru-guru yang killer. Kunaon resep? Karena guru-guru killer itu terlihat eksotik dan juga nyentrik. Ada saja tingkahnya yang bikin kita terpana, kaget plus langsung mingkem tak berkutik. Bahkan hingga sekarang, ada dua orang guru/dosen killer yang masih nancep di hati saya.

Pertama, dosen penguji skripsiku. 

Siapa sih yang tidak mengenal beliau? Satu fakultas pasti langsung memberikan komentar-komentar--umumnya sih komentar negatif--tentang beliau. Walaupun kadang, yang memberikan komentar itu sama sekali belum pernah berinteraksi langsung dengan beliau. Wah, keren ya. Jadi dosen killer saja sudah bikin beliau ngetop, apalagi kalau tiba-tiba beliau berubah menjadi malaikat yang super duper baik hati. Hehehe.

Oya, nama beliau Zaitun, tapi mahasiswa di kampusku banyak yang memanggilnya dengan sebutan Bu Atun. Dan selama kuliah di Fakultas Peternakan, tepatnya di Jurusan Produksi Ternak, ada banyak kenangan yang saya ukir bersama Bu Atun. Mulai jadi mahasiswi terbaik di setiap mata kuliah beliau, sampai kemudian dipercaya menjadi asisten lab (laboratorium, red) asuhan beliau.

"Kamu itu kok doyan banget sih ngikutin saya. Kalo mahasiswa lain udah pada jaga jarak, kamu malah sengaja ngambil mata kuliah pilihan yang berhubungan dengan saya."

Hihihi... Rasanya mau ketawa saja waktu mendengar beliau ngomong begitu. Ya, si Ibu ge-er saja deh. Saya tuh bukannya sengaja mau ngikutin ibu, tapi memang sudah niat buat ambil skripsi yang berhubungan dengan reproduksi ternak--walaupun banyak ditakut-takuti senior bakal lama lulusnya kalau ambil skripsi tentang itu. Secara--masih kata senior, dosen-dosen mata kuliah itu terkenal killer-killer kabeh. Dan karena dosen mata kuliah tersebut sedikit--termasuk sang ibu nan cantik ini, jadi kesannya saya seperti ngikutin beliau.

Untungnya, zaman saya kuliah dulu, kita diberi kebebasan menentukan dosen pembimbing. Dan demi penghematan biaya penelitian, saya memang sengaja hunting dosen-dosen yang mempunyai proyek penelitian. Dan alhamdulillah, Bu Atun tidak termasuk di dalamnya.

Tapi tidak menjadi dosen pembimbing, bukan berarti bebas lepas gitu dari beliau. Saat tahu kalau beliau yang bakal menjadi dosen penguji skripsiku, ya Tuhan, sempat panas-dingin juga nih saya.

Masih ingat reaksi beliau saat saya mengasihkan undangan seminar hasil penelitian, "Hai, akhirnya kita ketemu lagi." Dengan senyum yang sedikit sinis gitu. Alamak!

Dan ketika sidang skripsi dimulai...

Jeng jeng jeng... sepertinya Bu Atun tahu kalau saya sudah panas dingin tak karuan dalam menghadapi sidang skripsi. Tapi kulihat beliau malah asyik ngerumpiin saya bersama dosen-dosen penguji yang lain. Ya, Tuhan. Yang ada saya makin deg-degan dong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline