Lihat ke Halaman Asli

Alin You

Penyuka fiksi, khususnya cerpen dan novel.

Curhat Driver GrabBike Perempuan: (Mantan) Suami Pernah Menjadi Penumpangku

Diperbarui: 14 November 2019   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: technologue.id

Perkenalan saya dengan Mbak Surti (bukan nama sebenarnya) itu terjadi saat saya diburu waktu untuk sesegera mungkin sampai kembali ke kota asalku, kalau bisa sebelum maghrib. Dan daripada saya bingung kudu naik kendaraan umum apa ke stasiun Manggarai, akhirnya saya memilih GrabBike sebagai solusi terbaik yang #SelaluBisa diandalkan.

Setelah berpamitan dengan teman-teman SMA yang kebetulan ikut acara reuni kecil-kecilan itu, akhirnya saya memilih loby Timur Mal Pasific Place Jakarta sebagai tempat keluar mal terdekat. Sambil jalan, saya pun segera membuka aplikasi Grab dan memilih GrabBike dengan alasan simpel saja. Ini hari Sabtu, weekend, dan Jakarta adalah salah satu kota metropolitan yang tak pernah bisa diprediksi kapan waktu macetnya dan di daerah mana saja. Apalagi saya kaum pendatang yang tiap bisa dikatakan setiap pekan maupun setiap bulan ada kegiatan di Jakarta. Jadi, walaupun saya lahir di Jakarta, saya sama sekali buta akan ibukota Indonesia ini.

Selang tak berapa lama, pesanan saya ada yang merespon. Karena perhatian saya sudah ke rumah saja, akhirnya saya sama sekali gak ngeh kalau ternyata driver GrabBike saya itu seorang perempuan.

"Dengan Mbak Alin ya?" sapa sang Driver dengan sopan. Saya hanya mengangguk sambil tersenyum. Dan setelah beliau membuka helmnya, barulah saya ngeh kalau si driver ternyata perempuan.

"Gak keberatan kalo saya yang mengantarkan Mbak Alin ke stasiun Manggarai?" Si Driver bertanya lagi. Kening saya sempat berkerut.

"Lha, emangnya kenapa? Bagi saya gak masalah yang jadi driver-nya siapa. Yang penting dia hapal wilayah yang saya tuju, tau rute-rute terdekatnya dan juga gak bikin kita terjebak macet di jalan. Soalnya saya dikejar waktu untuk segera balik ke Karawang."

Kemudian obrolan pun berlanjut di atas motor. Terus terang, saya salut sama Mbak Surti yang berani ambil tantangan untuk menjadi driver Grab untuk wilayah Jakarta yang notabene belum bisa dikatakan sebagai kota yang aman buat perempuan.

"Ya, abis mau gimana lagi, Mbak. Kalo bukan karena tuntutan ekonomi, saya juga ogah nge-grab dan lebih memilih buka warung kelontong aja di rumah. Tapi hidup kan kudu terus berlanjut, Mbak. Kita kudu makan, anak-anak kudu sekolah, ditambah saya juga menampung bapak dan ibu saya yang sudah sepuh di rumah."

Ya, Tuhan...

"Terus, bapaknya anak-anak ke mana, Mbak? Bukankah ini adalah tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga? Kok kayak lepas tangan gitu?"

Hahaha. Terdengar tawa sinis dari arah depan saya. Sedangkan mata dan konsentrasi Mbak Surti masih tetap terpusat ke jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline