***
SATU
(Bukan) Sebuah Mimpi yang Terwujud
Mataku melotot. Menyapu ke seluruh ruangan yang tampak asing bagiku. Ada di mana aku? Bukankah pagi ini seharusnya aku ada di ruangan kerjaku, menyelesaikan bahan presentasi pembangunan resort hotel di Kepulauan Seribu untuk siang nanti? Tapi ini? Dan... eh, seragam apa yang kupakai ini? Sepertinya ini seragam....
“Hei, kamu! Sini!”
Sebuah panggilan yang berasal dari seorang perempuan muda yang berdiri di samping meja resepsionis itu sontak membuatku terkejut. Perempuan berambut pirang ikal sebahu itu kutaksir berusia dua puluhan akhir. Dan dengan mengenakan setelan blazer panjang plus celana panjang warna gelap yang melekat pada tubuhnya, serta sepatu high heels hitam setinggi lima senti, sudah dapat dipastikan bahwa ia adalah seorang wanita karir.
“Eh, Mbak memanggil saya?” tanyaku seraya menunjuk ke arah dadaku sendiri.
“Ya, siapa lagi yang ada di sini selain kamu?” jawabnya tak acuh sambil jempol kanannya sibuk mengutak-atik gadget yang berada dalam genggaman.
“Ada apa, ya, Mbak memanggil saya?” tanyaku setelah datang mendekat. Ia pun kemudian memandangiku dengan tatapan aneh.
“Kamu OB baru di sini?”
Hah? Apa? OB? Gue nggak salah dengar, nih?