Lihat ke Halaman Asli

Ali Mutaufiq

Konsultan

E-Commerce di TikTok: Membangun Kpercayaan Konsumen melui Kontek Kreatif

Diperbarui: 10 Januari 2025   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Ali Mutaufiq

Pendahuluan

TikTok telah berkembang pesat sebagai platform media sosial yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi saluran efektif untuk pemasaran dan perdagangan elektronik (e-commerce). Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan di seluruh dunia (Statista, 2024), TikTok menawarkan peluang besar bagi merek dan penjual untuk mencapai audiens yang lebih luas. Di tengah popularitasnya, ada tantangan utama yang perlu dihadapi oleh pelaku e-commerce: bagaimana membangun kepercayaan konsumen di platform yang penuh dengan konten singkat dan dinamis ini?

Kepercayaan konsumen adalah fondasi penting dalam e-commerce. Tanpa kepercayaan, konsumen enggan melakukan pembelian online. Oleh karena itu, penting bagi pemasar untuk mengembangkan strategi yang tidak hanya menarik perhatian tetapi juga membangun hubungan yang lebih dalam dengan konsumen. Salah satu cara terbaik untuk membangun kepercayaan adalah melalui konten kreatif yang autentik dan transparan, yang menjadi karakteristik utama TikTok.

Artikel ini akan mengulas bagaimana TikTok memungkinkan brand untuk membangun kepercayaan konsumen melalui konten kreatif dan strategi pemasaran yang berbasis pada pemahaman psikologi konsumen dan teori komunikasi.

Teori yang Mendukung Pemasaran E-Commerce di TikTok

  1. Teori Kredibilitas Sumber (Source Credibility Theory)

Teori kredibilitas sumber, yang diperkenalkan oleh Hovland, Janis, dan Kelley (1953), menjelaskan bahwa kredibilitas pesan yang disampaikan oleh sumber yang dipercaya dapat meningkatkan pengaruhnya terhadap audiens. Dalam konteks e-commerce di TikTok, kredibilitas ini dapat datang dari influencer, micro-influencer, atau bahkan brand itu sendiri. Konten yang ditampilkan oleh individu dengan reputasi baik di platform ini, seperti selebritas atau influencer yang memiliki hubungan erat dengan pengikut mereka, cenderung lebih dipercaya oleh konsumen.

Contoh: Sejumlah brand menggunakan influencer TikTok yang autentik dalam bidang tertentu untuk merekomendasikan produk. Para influencer ini cenderung menghasilkan konten yang lebih informatif dan tidak terlalu komersial, yang meningkatkan kredibilitas produk.

  1. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Teori ini, yang dikemukakan oleh Albert Bandura, menyatakan bahwa orang cenderung meniru perilaku yang mereka amati pada orang lain, terutama jika perilaku tersebut menghasilkan hasil yang positif. Dalam hal ini, TikTok memungkinkan konsumen untuk melihat pengalaman nyata dari pengguna lain atau influencer yang menunjukkan penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini membantu mengurangi keraguan dan membangun kepercayaan terhadap produk yang dipromosikan.

Contoh: Banyak penjual di TikTok yang mengandalkan video tutorial atau ulasan produk yang dibuat oleh konsumen atau influencer. Dengan melihat orang lain yang menggunakan produk tersebut, konsumen dapat membayangkan diri mereka sendiri dalam situasi yang sama.

  1. Teori Komunikasi Dua Arah (Two-Way Communication Theory)

Teori ini menekankan pentingnya komunikasi yang bersifat dua arah antara perusahaan dan konsumen untuk membangun hubungan yang kuat dan saling percaya. TikTok, dengan fitur komentar dan interaksi langsung antara brand dan audiens, memberikan kesempatan bagi brand untuk menjawab pertanyaan, merespon feedback, dan memperbaiki persepsi negatif dengan cepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline