Lihat ke Halaman Asli

Lunturnya Jas Merah

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Itulah judul pidato presiden soekarno saat peringatan hari proklamasi pada 17 Agustus 1966 yang kemudian sering disingkat dengan JAS MERAH. Pidato itu akhirnya menjadi pidato terakhir Ir. Soekarno sebagai presiden.

Menginjak kemerdekaan indonesia yang ke-69. Pesan dari presiden pertama Ir.soekarno itu sangat terasa. Hal itu juga menjadi perhatian banyak golongan, terutama para pemimpin-pemimpin bangsa. Karena mereka sangat khawatir jika para generasi muda sekarang tidak mengerti akan sejarah terutama sejarah tentang bangsa ini.

Kekhawatiran tersebut bisa saja ada benarnya, karena kalau kita perhatikan, generasi muda sekarang ini sangat berbeda, era globalisasi dan keterbukaan seperti sekarang ini sudah sangat menjauhkan dari nilai-nilai sejarah bangsa ini, para pemudanya banyak yang tidak paham dengan bangsanya sendiri.

AWAL MULA JAS MERAH LUNTUR

Banyak dari golongan masyarakat modern yang hanya sekedar tahu tentang pesan terakhir presiden soekarno “jangan sekali-kali melupakan sejarah” (jas merah). Tapi mereka tidak menyadari bahwa pesan tersebut sangat bermakna bagi bangsa ini. Padahal bangsa Indonesia ini mempunyai banyak sejarah besar yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan pada para penerus bangsa.

Ketika para penerus bangsa tidak banyak mengetahui tentang sejarah bangsa ini, maka akan terjadi banyak pertanyaan. Mau dibawa kemana negara ini?

Perlu kita sadari, Negara Indonesia adalah Negara yang besar, Negara yang kaya, Negara yang merdeka. Tak sepantasnya kita itu menderita dan tak sepantasnya pula kita menjadi buruh di negeri sendiri. Yang paling berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa adalah para pemuda.

Prof. Dr. BJ. Habibi pernah mengatakan dalam sebuah pidatonya ”setidaknya ada lima kelemahan yang harus kita hindari, yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat ditakutkan adalah lemah akhlak”. Jika lima kelemahan ini melekat pada generasi muda, maka mereka para pemuda bukan sebagai pelopor pembangunan melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan  tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi dikumandangkan oleh berbagai organisasi kepemudaan. kalau para pemuda tidak mempunyai semangat juang untuk memerdekaan bangsa ini, mugkin negara ini tidak akan merdeka.

Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku para penerus estafet perjuangan bangsa, bahwa para pemuda dulu ketika masa penjajahan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk menjadikan negara Indonesia ini merdeka. Apakah pemuda sekarang sudah seperti itu??

Tapi jangan hanya menyalahkan para pemuda sekarang, mereka tidak banyak tahu tentang sejarah bangsa ini bukan mutlak kesalahan mereka. Mungkin mereka tidak banyak tahu tentang sejarah karena para orang tua, guru atau orang yang lebih dewasa tidak mengajari mereka. Atau mungkin, mereka juga tidak mengetahui tentang sejarah?? Jika benar seperti itu, betapa malunya negara ini.

BUKTI LUNTURNYA JAS MERAH

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline