Lihat ke Halaman Asli

Ali Mustahib Elyas

TERVERIFIKASI

Bacalah atas nama Tuhanmu

Debat tentang Kata "Pacar" di Buku Siswa

Diperbarui: 1 September 2024   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : dokumen pribadi

Diskusi mengenai penyusunan kurikulum pendidikan memang sering kali menghadirkan perdebatan yang cukup tajam, terutama ketika topik yang diangkat menyentuh isu sosial yang sensitif. Hal ini terlihat dalam diskusi panjang mengenai pemilihan judul modul pembelajaran untuk siswa kelas 8 Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang awalnya berjudul "Teman, Sahabat, dan Pacar."

Dalam perdebatan tersebut, satu pihak mengusulkan penggantian kata "pacar" dengan kata lain yang dianggap lebih netral, sementara pihak lain berpendapat bahwa kata "pacar" tetap relevan untuk memperjelas perbedaan hubungan antara teman, sahabat, dan pacar.

Argumen Rasional dan Emosional dalam Diskusi Pendidikan

Argumen rasional dalam diskusi ini berfokus pada tujuan pendidikan, yaitu untuk mengedukasi siswa tentang perbedaan jenis hubungan sosial yang mungkin mereka temui. Menurut para ahli pendidikan, penggunaan kata "pacar" dibutuhkan untuk membedakan dengan jelas antara konsep teman dan sahabat, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika hubungan remaja.

Pendekatan ini mirip dengan metode pendidikan lainnya, yang secara eksplisit mendefinisikan konsep-konsep kunci untuk mendorong pemahaman kritis dan kesadaran.

Misalnya dalam Al-Qur'an terdapat judul-judul surat seperti Al-Kafirun, Al-Munafikun dan lain-lain yang tentu saja bukan dimaksudkan untuk mempromosikan kekafiran dan kemunafikan.

Sebagaimana dikatakan oleh Prof. Andi Mappiare, seorang psikolog pendidikan, "Mengenalkan perbedaan antara teman, sahabat, dan pacar adalah penting agar siswa dapat memahami kompleksitas hubungan sosial mereka dengan lebih baik."

Di sisi lain, pihak yang menentang penggunaan kata "pacar" berargumen berdasarkan kekhawatiran bahwa istilah tersebut dapat dianggap sebagai persetujuan atau bahkan promosi terhadap praktik pacaran di kalangan remaja, yang dalam beberapa pandangan budaya dan agama dianggap tidak sesuai.

Argumen ini lebih banyak didasari oleh pertimbangan emosional dan moral daripada pendekatan yang berbasis rasional. Menurut beberapa ustadz, guru, dan dosen yang terlibat dalam diskusi, "Kata 'pacar' dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa kita sedang menyetujui perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama yang kita anut, bahkan khawatir menjadi pertanyaan dari para pemangku kepentingan."

Dilema Antara Rasio dan Emosi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline