Lihat ke Halaman Asli

Ali Mustahib Elyas

TERVERIFIKASI

Bacalah atas nama Tuhanmu

Tega Nian Orangtua Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13450771671238055000

[caption id="attachment_206981" align="aligncenter" width="620" caption="(Foto : TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo)"][/caption] Fenomena mudik sungguh luar biasa. Saya lihat di berbagai tempat banyak berkumpul orang-orang yang sedang bersiap-siap mudik. Di berbagai terminal, stasiun, hingga bandara tentu sudah biasa sebagai pusat berkumpulnya mereka yang hendak mudik. Tetapi jelang lebaran begini banyak tempat lain yang juga dijadikan pusat persiapan pemberangkatan para pemudik. Satu hal yang tampak sama di berbagai tempat pemberangkatan para pemudik itu adalah suasana suka cita terpancar jelas di wajah-wajah mereka. Kegembiraan ini terjadi karena mereka sudah berkesempatan untuk mudik. Mereka sudah mengantongi tiket, kendaraan sudah ada di depan mata, dan perbekalan dirasa telah cukup). Maka yang ada hanyalah bayangan betapa menyenangkannya bisa berjumpa kembali dengan sanak keluarga dan teman-teman lama di kampung halaman. Kegembiraan para pemudik itu bahkan juga terpancar pada mereka yang memilih menggunakan kendaraan roda dua. Meskipun mereka harus menempuh jarak ratusan kilometer. Sayangnya saking gembiranya banyak di antara mereka yang lupa atau mengabaikan keselamatan diri dan keluarganya. Beberapa tahun lalu teman saya di Cirebon cerita tentang pemudik yang tiba-tiba menangis histeris di sebuah pom bensin. Kegembiraan mudik itu berubah jadi kesedihan yang sangat mendalam. Peristiwa ini dialami oleh seorang pemudik dari Jakarta yang mudik ke sebuah kampung di wilayah Cirebon. Tangis hesteris seorang ibu di tempat peristirahatan sebuah pom bensin itu terjadi saat  mendapati anak batitanya tak bernafas lagi. Sementara sang ayah belum menyadari apa yang sedang terjadi karena sedang mengisi bahan bakar untuk sepeda motornya. [caption id="attachment_206986" align="aligncenter" width="450" caption="(sumber:htmindonesia.blogspot.com)"]

134507751730617571

[/caption] Bisa jadi sang batita itu meninggal karena tak tahan kondisi perjalanan yang panas dan melelahkan. Sebetulnya tubuh mungilnya sudah ditutup rapat dengan pakaian dan selimut, mungkin tujuannya agar si batita terhindar dari terpaan angin dan sengatan panas. Tetapi karena tubuh mungil itu terlalu tertutup rapat, ketat, dan juga didekap ibunya sehingga bisa saja dia merasa kegerahan, panas, dan sulit bernafas. [caption id="attachment_206987" align="aligncenter" width="446" caption="(sumber:tundrace.wordpress.com)"]

13450781842127061625

[/caption] Keselamatan dan kenyamanan anak-anak dalam perjalanan memang seringkali luput dari perhatian para orangtua. Coba bayangkan bagaimana rasanya si anak yang dibonceng sepeda motor dan duduk paling depan tanpa pakai helm dan jaket. Pemandangan seperti ini sering saya jumpai di jalan-jalan. Bayangkan kalau kondisi anak seperti itu harus menempuh perjalanan ratusan kilometer saat mudik. Aneh dan sungguh tega kalau orangtua tak peka dengan kenyamanan dan keselamatran anak-anaknya sendiri. Sementara dirinya telah mengamankan diri dengan mengenakan jaket, helm, masker, sarung tangan, deker, dan sepatu, plus anak kandungnya dijadikan perisai hidup bagi dirinya. Astaghfirullah! Tega nian orangtua ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline