Lihat ke Halaman Asli

Ali Mustahib Elyas

TERVERIFIKASI

Bacalah atas nama Tuhanmu

Sori Ya, SARA. Aku Tak Tertarik Padamu

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1400863254424766898

Saya heran. Kenapa orang-orang terpelajar (setidaknya karena mereka lulusan perguruan tinggi). Tetapi kok bisa begitu mudah berkata-kata menyinggung sensitifitas SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan). Misalnya mereka begitu lancar dan tampak begitu meyakinkan ketika bicara bahwa kalau Jokowi jadi Presiden nanti kristenisasi akan merajalela, tunjangan sertifikasi guru dihapus (sudah diklarifikasi Jokowi), Jokowi antek Amerika dan Vatikan, huruf H di depan nama Jokowi itu bukan Haji tapi Herbertus (terus ada yang bilang, itu kan nama baptis).


[caption id="attachment_337988" align="aligncenter" width="320" caption="sumber : muslimina.blogspot.com"][/caption]


Dari mana sumber semua perkataan itu?. Saya yakin mereka gak tahu. Paling mereka hanya bilang, ada tulisan banyak soal itu di internet. Ya sudah. Itu hak mereka untuk bersikap begitu. Tapi coba mohon sejenak dipikirkan. Bagi mereka yang pernah meng-upload foto  Jokowi saat nikah dan di bawahnya tertulis nama Herbertus Handoko Joko Widodo tersirat maksud bahwa sebenarnya Jokowi itu bukan Muslim. Anggaplah Jokowi itu dulu Non Muslim. Tapi sebagai pembanding kan ada juga foto Jokowi saat berhaji pada tahun 2003. Malahan ini pasti foto terbaru dibanding foto saat Jokowi menikah.


[caption id="attachment_337989" align="aligncenter" width="640" caption="sumber : merdeka.com"]

14008639091443940557

[/caption]


Oke. Gimana kalau sebaiknya bicarakan saja hal-hal yang terukur tentang mereka. Ya..misalnya tentang visi-misi mereka, prestasi mereka. Misalnya baru-baru ini Gubernur Bank Indonesia menyebut Gubernur DKI itu sebagai pengendali inflasi terbaik. Bagi yang terlanjur apriori, pernyataan Gubernur BI inipun tetap disambut dengan sinis, "makanya sebaiknya dia jadi Gubernur saja, biar tuntas tugasnya...".


[caption id="attachment_337992" align="aligncenter" width="375" caption="mrdeka.com"]

1400865073972517411

[/caption]


Oke. Ada benarnya juga pendapat seperti itu. Tapi kalau soal "sebaiknya" dalam konteks Pilpres/Pilgub, ukurannya ya demokrasi. Salah satu ciri demokrasi adalah adanya dukungan suara terbanyak. Saya yakin kebanyakan rakyat Indonesia sudah mampu memilih mana calon pemimpin yang bisa dipercaya (amanah), jujur, dan cerdas.


[caption id="attachment_337999" align="aligncenter" width="300" caption="bangbudi.blog.ugm.ac.id"]

14008665561413421845

[/caption]


Hey anda yang berkata bahwa kalau capres tertentu yang terpilih maka dia akan melakukan kristenisasi secara massif, dia akan begitu mudah dikendalikan Yahudi dan Amerika, akan menjual aset-aset negara. Mana bisa seorang pemimpin Indonesia yang baik melakukan itu semua? wong jelas dia dikontrol oleh konstitusi dan beragam aturan baku yang mesti diikuti. Berhentilah berspekulasi dengan pikiran sektarian. Pancasila dan UUD adalah karya para founding fathers yang mayoritas seorang Muslim yang hebat. Lantas kenapa Muslim saat ini ketika bicara soal calon pemimpin Indonesia tidak dalam frame Pancasila? Bahwa seorang Muslim harus mendasarkan pilihannya atas nama agama memang sudah semestinya. Tetapi apa ada sila-sila dalam Pancasila yang bertentangan dengan agama?


[caption id="attachment_337990" align="aligncenter" width="368" caption="www.islami.co"]

1400864735848663863

[/caption]


Pilpres 2014 dan Pendidikan Politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline