Lihat ke Halaman Asli

Ali Mustahib Elyas

TERVERIFIKASI

Bacalah atas nama Tuhanmu

Revolusionernya Jokowi dan Prabowo

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1413554449768843880

[caption id="attachment_367170" align="aligncenter" width="460" caption="(news.detik.com)"][/caption]

Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa waktu lalu dua tokoh bernama Jokowi dan Prabowo telah digambarkan sebgai dua sosok yang berhadap hadapan dan saling meniadakan. Sikap Jokowi telah dianggap sebagai antitesa sikap Prabowo. Sementara sikap Prabowo juga antitesa sikap Jokowi. Sampai=sampai pandangan ini diikuti oleh masing-masing pendukungnya secara membabi buta. Bahkan hingga hari ini sisa-sisa sikap ini masih terasakan.

Tapi sekarang kita seperti dipaksa harus melupakan itu semua. Kita Melihat hari ini Prabowo dan Jokowi telah bertemu dalam suasana yang rileks. Maka kita tiba-tiba merasa "adem" meskipun di tengah kemarau panjang yang suhunya hampir menyentuh angka 40 derajat selsius. Kita tiba-tiba merasa punya optimisme yang semakin membesar. Tumbuh kembali keyakinan bahwa sebenarnya bangsa ini memang layak menjadi bangsa besar seperti yang pernah terjadi di masa-masa lalu.

Gak perlu rasanya kita puja-puji Jokowi karena berkat kesantunanya, ia berhasil melunakkan kekerasan hati Prabowo dan kita merasa lega karenanya. Tapi perlu juga dibayangkan apa yang dirasakan Prabowo ketika tahu dirinya masih tetap diposisikan sebagai pecundang  justru dia sendiri telah bersikap hormat dan menyambut baik kunjungan Jokowi. Bahkan dia juga telah mengucapkan selamat kepada Jokowi sebagai Presiden terpilih. Bukankah ini luar biasa bagi seorang Prabowo, mengingat sikapnya selama ini  terhadap Jokowi? Butuh sikap mental yang tangguh sehingga Prabowo mampu menatap wajah Jokowi dengan ramah.

Sikap keduanya sangat membanggakan. Jokowi sebagai Presiden terpilih mampu bersikap rendah hati ketika dihormati Prabowo yang lebih tua usianya. Sedangkan Prabowo mau membuang jauh-jauh rasa jumawanya sebagai seorang senior sehingga dia mampu bersikap hormat terhadap yuniornya yang sebentar lagi dilantik sebagai pemimpinnya dan pemimpin bangsanya. Ini sungguh-sungguh menggambarkan jiwa revolusioner dari keduanya. Revolusi atau perubahan cepat dan mendasar yang justru dimulai dari diri mereka, sebelum melakukan perubahan besar bagi rakyatnya. Dengan demikian, apa yang disebut sebagai "Revolusi Mental" sejatinya adalah perubahan mendasar atas cara berpikir, cara merasa, dan cara menata aktivitas batin yang mau tidak mau harus dimulai dari diri sendiri. Baru kemudian efeknya akan menjangkau orang lain yang justru lebih efektif ketimbang semata-mata meminta mereka untuk melakukannya. Revolusi Mental merupakan kedigdayaan dan keperkasaan yang mampu meringkus egosentrisme. "Kita baru saja kembali dari peperangan Badar yang besar dan segera menghadapi perang yang lebih dahsyat yaitu memerangi hawa nafsu", kata Muhamad SAW. kepada para sahabatnya ketika pulang dari medan Perang Badar.

Akhirnya melalui uraian singkat ini saya hanya ingin mengatakan bahwa Prabowo dan Jokowi layak disebut  sebagai tokoh "Revolusi Mental". Gak peduli istilah ini ide siapa atau dari mana sumbernya. Yang jelas Prabowo telah memiliki andil besar dalam merombak mental orang kalah yang suka bikin ulah menjadi sikap sportifitas yang sangat tinggi nilainya bagi bangsa Indonesia saat ini dan mendatang. Jokowi begitu juga, telah mampu membalikkan anggapan umum tentang seorang pemimpin yang seakan-akan wajib punya citra khusus yang gak boleh sama dengan orang kebanyakan, menjadi sosok pemimpin yang rendah hati dan sangat dekat dengan rakyatnya. Kita rasakan hari ini "Revolusi Mental" benar-benar mulai jelas sosoknya dan mari kita perjelas lagi di hari-hari berikutnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline