Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Puisi: Pada Sebuah Percakapan Terakhir

Diperbarui: 1 November 2021   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Pada Sebuah Percakapan Terakhir / Pantai Tanjung Jumlai Penajam Paser Utara - Dokpri @ams99

Pada Sebuah Percakapan Terakhir

Dua pasang mata, jalan-jalan aspal, nyiur melambai kiri-kanan, angin pantai; sepoi, berhembus pelan, menyibakkan jilbab toska penutup mahkota, cakrawala kian menua, masa hampir rampung, menunggu jingga di ufuk, sebelum penghabisan jatah waktu, gelap merambat pada horizon.

Sepasang merpati, tercegat senja, melupa waktu, terhipnotis mimpi, bumi seolah sunyi; di tinggal penghuni, rumah-rumah berjajar di bibir pantai mulai bercahaya, penanda hari telah menamatkan riwayatnya, tak jua bergeming, percakapan tak kenal usai, dekapan tak pernah cerai, rindu tak mengenal akhir.

Sepasang waktu; siang – malam, bercerai di simpang petang, setelah rembang, akan ada kelam, masih adakah pertanyaan; tentang kerinduan ? Seumpama pisah sebelum fajar menyingsing, hujan tiba-tiba menghunjam, hutan seketika menggenang, sementara esok tak tentu persuaan, dunia tertimbun dalam khayalan, sepertinya sekarang harus di tuntaskan.

Penajam Paser Utara, 29.09.2021

Ali Musri Syam Puang Antong

Baca Juga Puisi Sebelumnya: Episode Amor

Puisi Pilihan: Wajah Di Balik Jendela

Puisi Pilihan Lainnya:Betapa Kota Ini Pernah Begitu Mempesona

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline