Kepada Sang Petuah
Suaramu menggema di lembah datar
Bertanda derita sungai di kiri kanan
Arusnya mengombak tanda tak dalam
Suara itu cukup nyaring
Dan berulang-ulang
Mengganggu pendengaran Sang Raja Akbar
Mendayu-dayu di telinga para abdi dalem
Yang sedang tak baik-baik dalam pengharapan
Tak mampu berbuat apa-apa; gamang
Kelana tak menghasilkan apa-apa
Selain petualangan semata
Suara menubuhkan sejarah
Berjalan Kau disitu terus menerus
Tak pernah resah, apalagi gelisah
Dukamu, duka para hamba
Telah menemui delapan purnama
Diantara hari-hari, malam-malam; tangan-tangan menengadah
Belum juga terlihat hilal; kian pasrah
Suaramu tetap menggema
Meski hujan menghunjam di lembah
Dan kau kuyup di antara bulir-bulirnya
Kakimu tetap melangkah
Mewakili suara-suara patah
Jauh di lubuk hatimu; tersemat sebuah rahasia
Kau bukan sembarang tetua
Ah dasar Kau memang petuah
Meski tak sekarang memetik buah " merdeka "; ada saatnya akan bertuah
Balikpapan, 22.08.2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Baca Juga Puisi Sebelumnya: Secarik Kertas Bernyawa, Puisi untuk Budi Darma
Puisi Pilihan: Rindu, Sebuah Pertanyaan
Puisi Pilihan Lainnya: Ini Hari Kemerdekaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H