Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Fiksiana: Elegi Hari Raya di Tengah Pandemi

Diperbarui: 23 Juli 2021   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi: Elegei Hari Raya di Tengah Pandemi (Dokpri @ams99 By. Text On Photo)

Elegi Hari Raya di Tengah Pandemi

Bocah-bocah, anak-anak remaja lelaki dan perempuan: berlari-lari kegirangan, memasuki tiap-tiap rumah dari pintu ke pintu, gang ke gang, di jalan-jalan, di kawasan perumahan, di perkampungan; tak lagi ada.

Anak-anak muda milenial, gaul, keren: berkumpul, bersenda gurau di beranda-beranda rumah sambil membahas pelajaran, kegemaran, gebetan dan lainnya; tak lagi terdengar dan terlihat.

Ibu-ibu muda, paruh baya, emak-emak, tante-tante, nenek-nenek dengan ragam gaya, aksesoris dan penampilan gaun yang beraneka, penampakan wajah glowing dan bling-bling, sambil cipika-cipiki menyiapkan aneka hidangan di ruang keluarga dan dapur; sudah lenyap.

Canda tawa, olok-olokan, saling sindir, pamer gaya, hingga percakapan serius para lelaki dewasa, bapak-bapak, paman-paman, kakek-kakek di ruang tamu dan teras; nyaris tak terlihat lagi.

Hari raya seperti tahun-tahun sebelum adanya pandemi; nuansa dan suasana itu ada, kehangatan menyelimuti sekeliling ruang. Keceriaan, keriangan, kekeluargaan, pertemanan, kekerabatan, kasih sayang; kini semua lesap.

Semua seolah hilang ditelan masa dan menjadi lazim.

Aku hanya khawatir, jika suatu ketika keadaan ini menjadi budaya dan kita menerima itu sebagai sebuah kemestian.

Semua ini karena satu hal;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline