Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Puisi | Semu

Diperbarui: 3 Juni 2021   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi Semu (Dokpri @ams99_By Text On Photo)

Semu

Berangkat tiap pagi
Pulang tiap petang
Begitu berulang-ulang
Tanpa jeda, tanpa henti

Katanya kerja
Nyatanya rutinitas semata
Melihat agenda
Melakukan evaluasi kinerja

Batin bertanya-tanya
Itukah pengabdian?
Kepada bangsa dan negara
Hening dalam kecamuk pikiran

Bukan apa-apa
Selain sekadar tak melakukan sesuatu yang nyata
Ada batas menghalangi setiap kata, sikap, tindakan
Otak mewakili negara, beku terjamah tilikan

Aku gamang
Ketika hendak menemuimu
Aku ragu akan diriku
Mulut berujar, hati menyatakan perihal lain

Kukatakan dengan indah
Dengan lidah cukup fasih
Seolah ia adalah hakikat
Nyatanya sekadar kamuflase sempit

Mungkin lebih baik berhenti
Suara pekik anak kecil
Menggema dibalik reruntuhan bangunan
Yang entah selesai kapan

Atau lebih baik mati
Cekik kerah baju sendiri
Jiwamu telah lama pergi
Kau bukan yang kukenali

Penajam Paser Utara, 3 Juni 2021
Ali Musri Syam Puang Antong

*Baca Juga Puisi Lainnya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline