Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Puisi | Tertambat

Diperbarui: 21 Februari 2021   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

artisoo.com

Tertambat

Sehari sebelum kemarin
Kita bercakap-cakap lewat pesan singkat
Engkau ingin menemuiku hari ini; ada hal penting hendak Kau ucapkan
Begitu persisnya kalimat terakhir dilayar ponselku; begitu singkat

Sebelum sore, senja berbaur petang
Hingga tak mampu kukenali friksinya
Ku menghitung detak jam
Detik berhenti; Mati kehabisan energi dan kata

Di lembah tandus; Menenun asa
Tak ada suara, tak ada rasa
Keheningan merasuk
Alam menakdirkan dirinya berpinak

Embun menyesapi daun-daun kering
Kabut mengudara
Menjelma rindu
Mengantar tafakur

Seketika Engkau hadir bersama kepak sayap merpati
Bertengger di pohon kayu tua yang telah menjelma kursi
Sedari tadi kujadikan tempat duduk
Sesaat sebelum berpindah ke selasar batu

Mata menilik wajah, tangan dan sekujur tubuh
Kulihat di jemari manis kiri tersemat
Lingkaran kuning indah berkilau
;Kau telah tertambat

Penajam Paser Utara, 19 Februari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong

Puisi Sebelumnya: Silat Lidah

Puisi Pilihan: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline