Tertambat
Sehari sebelum kemarin
Kita bercakap-cakap lewat pesan singkat
Engkau ingin menemuiku hari ini; ada hal penting hendak Kau ucapkan
Begitu persisnya kalimat terakhir dilayar ponselku; begitu singkat
Sebelum sore, senja berbaur petang
Hingga tak mampu kukenali friksinya
Ku menghitung detak jam
Detik berhenti; Mati kehabisan energi dan kata
Di lembah tandus; Menenun asa
Tak ada suara, tak ada rasa
Keheningan merasuk
Alam menakdirkan dirinya berpinak
Embun menyesapi daun-daun kering
Kabut mengudara
Menjelma rindu
Mengantar tafakur
Seketika Engkau hadir bersama kepak sayap merpati
Bertengger di pohon kayu tua yang telah menjelma kursi
Sedari tadi kujadikan tempat duduk
Sesaat sebelum berpindah ke selasar batu
Mata menilik wajah, tangan dan sekujur tubuh
Kulihat di jemari manis kiri tersemat
Lingkaran kuning indah berkilau
;Kau telah tertambat
Penajam Paser Utara, 19 Februari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong
Puisi Sebelumnya: Silat Lidah.
Puisi Pilihan: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H