Pada Sebuah Malam Musim Hujan di Tepi Muara Sesumpu
Penghujung sore musim hujan di tepi muara sesumpu
Sepanjang senja menikmati semilir angin
Waktu yang tepat untuk rehat sejenak; kerja rutin
Telah merampas hak tubuh
Terhanyut dalam suasana alam sejuk
Berpikir jika tak cukup sekedar istirahat
Ini waktu yang pas untuk menikmati menu pavorit
Teh panas dan pisang keju
Kulihat Kau datang melewati lebat hutan bakau
Aku merasakan aroma kuda putih tunggangan
Suaranya melengking
Mengagetkan sekumpulan burung bangau
Langkah kakimu pasti
Mengisyaratkan rindu
Semakin mendekat ke arahku berdiri
Semakin dekat semakin melaju
Aku yakin pada sebuah hakikat
Bahkan sesuatu di luar nalar
Seperti dirimu percaya; Tuhan, simpati, empati, suka dan duka
Dan rindu yang datang tak kasat mata
Aku menyukai keadaan ini
Engkau hadir dan hutan-hutan menyigi
Engkau begitu menyukai senja berkabut
Dan hujan yang rinainya pelan meluruh
Malam mulai merasuk dingin
Bulir air tiada henti merilis
Lengan hujan memapah tubuhmu
Menyusup diantara dua bukit ranum
Angin menghela nafas panjang
Bermukim dalam gigil tubuhmu
Mengendap perlahan di sela-sela batu
Dan rerumputan basah alas kita bercengkrama
Langit terlihat gelap
Gemerlap lampu-lampu perahu nelayan
Memantulkan bias-bias cahaya
Romansa menggema seketika
Wajah-wajah kian menyepi
Dua pohon rindang rebah di selasar
Berbaring letih tanpa alas di atas taman terbengkalai ditepi air
Seiring; Kumbang malam khusyuk menghisap madu kembang matahari