Lihat ke Halaman Asli

Ali Musri Syam

Belajar Menulis

Perihal Hujan, Alam, dan Kenangan

Diperbarui: 27 Januari 2021   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Perihal Hujan, Alam, dan Kenangan

Menerka-nerka mendung di angkasa
Akan kah ia berdiam
Atau bergerak terbawa angin
Menjelma bulir-bulir
Lalu jatuh pasrah

Meretas perlahan atau deras?
Gerimis atau dentuman?
Rinai meluruh di genting-genting pelan
Meretakkan dinding-dinding batu
Apakah keduanya?

Nyatanya
Hujan mengadar silih berganti
Gerimis lalu deras, gerimis lagi
Tak henti-hentinya sepanjang hari
Demikianlah hujan; menghadirkan kejutan

Gerimis, menderas!
Mencipta suasana batin
Menguyupkan alam
Menuangkan bulir-bulir beku
Manusia dan alam menyatu dalam romansa

Rekahan hujan meluruh
Menyelinap pada kuncup bunga-bunga merekah
Diantara dahan-dahan kayu yang sepi
Udara mengembara di pucuk-pucuk rimbun
Beberapa lembar daun membumi ke tanah-tanah basah

Di selasar sunyi
Di bawah recik gerimis
Aku hendak menulis puisi paling romantis
Tentang rindu mengabadi
Sosok pedusi

Tuhan
Terima kasih untuk hujan sepanjang hari
Aku menikmati bahagia
Memandang tetes demi tetes bulirnya
Menggenangi ingatan; Menjelma bait-bait kenangan

Penajam Paser Utara, 27 Januari 2021
Ali Musri Syam Puang Antong

*Puisi Terpilih: Perahuku Tak Sampai ke Samudera.

*Puisi Sebelumnya: Aku Bara Api dan Kau Takut Menjadi Abu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline