Lihat ke Halaman Asli

Pengobatan Alternatif = Pengobatan Abal-abal?

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13476570101074915081

Keberadaan dokter dan praktisi pengobatan alternatif seperti air dan api. Masih ada kesenjangan antara ilmu kedokteran reguler dengan pengobatan alternatif. Padahal, banyak orang menganggap terapi alternatif sebagai salah satu sarana kesehatan esensial dan dokter umum sudah biasa mengirim pasiennya ke jalur pengobatan alternatif.

Di Belanda, perdebatan sengit pun kerap terjadi. KNMG, Ikatan Dokter Belanda, menekankan persaingan tak sehat dan banyak pasien yang beralih ke pengobatan alternatif. Dokter umum ‘dipaksa’ belajar tambahan ilmu lagi. KNMG berpendapat, pengobatan alternatif semestinya diberikan oleh seorang dokter profesional dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara medis.

Apa sih kelebihan pengobatan alternatif? Dalam praktik sehari-hari masih banyak dokter yang mengirim pasiennya ke akupunktur atau terapi alternatif. Pengalaman pribadi saya, pasien mendapat perhatian ekstra melalui pengobatan alternatif. Ini menjadi daya tarik pengobatan alternatif.

Di Belanda—berpenduduk global 16,5 juta jiwa—ada lebih dari 500 ahli terapi alternatif, di antaranya iridologist, homeopathist, antrophosofist, hypnotherapist, terapi manual, dan pengobatan alamiah. Sebagian besar dari mereka bukan dokter. Lalu, di mana masalahnya?

Setiap orang bisa saja manipulatif memasang papan ahli terapi. Mereka bebas membuka praktik, asalkan tidak menambah embel-embel dokter dan tak melakukan kegiatan medis yang hanya dapat dilakukan oleh seorang dokter seperti injeksi, pemeriksaan organ internal, dan operasi.

[caption id="attachment_212419" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi: trendsupdates.com"][/caption]

Pengobatan ini disebut alternatif karena belum terbukti secara ilmiahefek positif atau negatifnya. Tapi, bukan berarti omong kosong belaka. Perawatan dengan akupunktur, terapi manual, dan hipnotis mempunyai efek positif terhadap keluhan nyeri di punggung, mual, dan bayi sungsang. Migraine saya yang suka kambuh di saat tak diinginkan jauh mereda setelah dirawat ‘dukun modern’ ini.

Oke, kasat mata ada praktik ilegal pengobatan alternatif yang dapat membahayakan pasien. Namun, malpraktik juga terjadi kok di lingkungan dokter. Selain itu, banyak perusahaan asuransi yang memberikan ganti rugi pada kliennya yang menggunakan jasa terapi atau pengobatan alternatif.

Pasien dapat menghemat ratusan euro dengan hipnoterapi. Tak jarang, meja bedah dan obat bius dapat dihindari. Pijat refleksi atau hipnoterapi dapat mengurangi rasa sakit sewaktu melahirkan. Istri saya yang memilih bersalin di rumah, mengamini fasilitas ini. Kendati demikian, tetaplah waspada terhadap produk-produk rekayasa ‘tabib gadungan’, misalnya gelang tembaga yang dipercaya memancarkan energi tertentu atau bioregulator.

Sayang, simpang-siur inimasih terus terjadi. Belum ada batasan yang jelas antara pengobatan reguler dengan terapi alternatif. Perusahaan asuransi kesehatan pun belum sepenuhnya sepakat memberi ganti rugi terhadap kliennya yang menggunakan ‘sirkuit’ alternatif, walaupun sebetulnya banyak rumah sakit (diam-diam) menggunakan terapi ini.

Penuturan rekan kerja saya, ginekolog menyarankan pasien yang mencoba prosedur bayi tabung pergi ke akupunktur untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan. Banyak wacana cetak maupun online menyebut psikolog dan fisioterapi menggunakan metode non-medis saat menangani pasiennya. Gejala awal artritis dapat terdeteksi tanpa foto atau scan yang cukup menguras kantong.

Sekarang ini, jurang pemisah antara dokter reguler dengan spesialis pengobatan alternatif semakin tipis. Generasi muda yang menggeluti bidang kedokteran terbiasa bertindak evidence based dan sesuai ketentuan medis. Tampaknya, budget pendidikan mereka juga bakal disisihkan untuk kuliah komplementer pengobatan alternatif.

Di sebuah klinik di Universitas Duisburg, Jerman, 50 tempat tidur dikhususkan untuk pengobatan alternatif. Mahasiswa dapat belajar langsung dibimbing dosen dan sekaligus mengenal efek samping terapi alternatif. Ilmu medis dan non-medis bisa ‘bergandengan’. Hmm, ribet ya…

Akhir kata, apa inti cuap-cuap saya? Orang cenderung masih takut dengan hal baru. Banyak keluhan dan gejala penyakit tak hanya dapat disembuhkan melalui obat ataupun operasi. Kesehatan itu aset tak ternilai harganya. Sorry ya Mas Admin, pinjem istilahnya yang lagi jadi trending discussion. Hehe… Mens sana in corpore sano…

Healthy mind in healthy body, healthy body in healthy mind…

Amsterdam, 14 September 2012

12991788471689539536

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline