Ada beberapa toko buku terkenal di kota Dubai tapi hanya satu yang "nongkrong" di Dubai mal, sebuah mal yang punya aquarium terbesar di jagad, sebuah mal yang punya air mancur yang pandai menari, yang tembakan airnya bisa mencapai puluhan meter ke angkasa, sebuah mal yang menjadi tempat nangkringnya orang-orang dari puluhan negara, mulai dari yang kulitnya putih sekali sampai kelam sekali, semuanya numplek di mal yang katanya sih terluas seantero bumi. Katanya, saya sendiri enggak pernah tahu secara pasti. Hihihi.
Toko buku itu bernama Kinokuniya, lokasinya maha strategis, kalo saya naek metro ke Dubai mal, maka mau enggak mau, rela enggak rela, saya kudu menyusuri "jalur" atau "lajur" dari metro ke Dubai mal, wuih, jauh coy jaraknya, untung ada yang kayak di bandara, apa namanya lupa lagi, itu yang bisa jalan sendiri, saya tinggal berdiri, nyampe deh ke Dubai mal.
Sepanjang "jalur" itu saya menyaksikan, jejeran gedung pencakar langitnya Dubai, hingga nanti puncaknya ada Burj Khalifah, sebuah gedung yang sampai detik ini masih menjadi gedung tertinggi sedunia, entar enggak lama lagi Burj Khalifah akan kalah tinggi dengan gedung punyanya Saudi. Bener kan kata nabi, salah satu cirinya kiamat itu, orang Arab lomba-lombaan bikin gedung, kalo dulu mereka lomba-lomban bikin anak wkwkwkw.
Kembali ke Kinokuniya, begitu saya masuk ke Dubai mal, udah kelihatan tuh, toko buku, awalnya lokasi Kinokuniya bukan di sana, agak mencleng dikitlah dari gerbang masuk mal, sekarang lokasi mereka beneran ok punya.
Sebenarnya di Jakarta juga ada Kinokuniya, lokasinya pas didalam Grand Indonesia, agak mojok, tapi ukurannya imut banget, beda dengan Kinokuniya nya Dubai yang ukurannya jauh lebih gede, pastinya jumlah buku yang di jual pun lebih banyak dan sangat bervariasi, saya pernah menemukan novelnya Pram, di sini, keren kan ada penulis Indonesia yang bukunya nongkrong di Kinokuniya?, Soal itu saya udah pernah menulisnya di Kompasiana.
Jika dilihat sepintas ada kemiripan antara Kinokuniya dengan Gramedia, mereka memberikan keleluasaan kepada para pengunjung untuk membaca ditempat, malah Kinokuniya memyediakan tempat duduk Lo. Jadi aja pengunjung dapat betah berlama-lama bercengkrama dengan buku bacaannya.
Karena berlokasi ditanah Arab, Kinokuniya pastinya menjual buku-buku berbahasa Arab. Dalam bahasa Arab buku disebut kitab. Kalo kitab-kitab disebutnya kutub. Beda dengan bahasa Inggris, kalo buku disebutnya book, kalo buku jatuh disebutnya gedebuk. Enggak lucu ya? Garing ya?
Saya sempat meluncur ke jajaran buku-buku berbahasa Arab, ada terlihat, " Da Vici code ", ada bukunya "Mahathir Muhammad" dan pemimpin Singapura, keren juga ya, dua tokoh Asia Tenggara legendaris itu ternyata sudah ditulis kisah hidupnya dalam bahasa Arab, bagaimana dengan pak Harto, kapan ada orang yang mau nulis kisahnya dalam bahasa Arab?, Jawabnya, kapan-kapan saja ya.
Terlihat pula kamus lisanul Arab, sebuah kamus yang di klaim sebagai kamus paling "gede" dan "panjang", Al-munjid menjadi imut jika dibandingkan dengan lisanul Arab. Kitab-kitab hadits dari dua Imam, Imam Bukhori dan Imam Muslim, tulisan Imam Nawawi juga tampak, ada Riyadhus Solihin, Al-Azkar, masih dalam jejeran yang sama ada Bulughul Marom, dan yang menarik di bagian bahasa Inggris ada kitab tulisan hujatul Islam Imam Al-Ghazali, ihya Ulumuddin, dan kerennya, kitab terjemahan dalam bahasa Inggris itu diletakan dalam lemari kaca khusus. Mantaf banget memang Kinokuniya. Menempatkan kitab ihya pada tempat yang istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H