Sekadar cerita aja seputar kelahiran putri kami, Lathifah. π
Tadinya saya dan istri rutin periksa ke bidan yang cukup terkenal, (pasiennya banyak. Katanya sih bidannya sabar. Orang sabar di sayang Pak RT).
Setelah mendekati hari kelahiran, bidannya tanya ke istri soal kacamata. Kebetulan istri minus 8. Setelah tahu istri minus 8, Sang Bidan bilang begini (saya ingat betul, karena saya ada di sana), "Ibu, kalo begitu harus caesar, karena takut retina enggak kuat. Bisa buta lho, Bu..."
Saya, terutama istri kaget. Kenapa baru tanya kacamata sekarang, mengapa sebelumnya enggak nanya ya? Alasan sang bidan yakni karena kacamata istri terlihat tipis. π
Lalu sang bidan menawarkan anaknya yang ternyata seorang dokter, "Bagaimana kalau caesarnya lewat ibu aja. Lebih murah kok, cuma 9,5 juta aja. π Cuma... tempat lain bisa belasan juta," kata Bu Bidan yang sabar itu. Padahal di rumah sakit ibu dan anak, caesar cuma 6 juta. π
Singkat cerita, kami setuju dengan penawaran Bu Bidan penyabar. Untungnya di tempat kerja saya ketemu dengan rekan-rekan. Di antara mereka ada yang mengetahui kalau caesar lebih baik di Rumah Sakit Ibu dan Anak di Jalan Astana Anyar saja.
Saya langsung telepon rumah sakit itu dan tanya-tanya biaya caesar. Mereka menyarankan saya untuk datang.
Datanglah kami ke rumah sakit, tujuannya mau konsultasi caesar buat istri. Ternyata sama dokter rumah sakit, saya malah dinasihati, "Orang lain mau normal, kok bapak mau caesar." Berceritalah saya tentang pendapat Bu Bidan penyabar. π
"Kalau Bapak masih enggak percaya, coba cek ke ahli mata..." kata dokter. Maka pergilah kami ke rumah sakit mata di Cicendo. Di sana dokter ahli matanya punya pendapat yang sama dengan dokter di rumah sakit ibu dan anak.
Sampai-sampai buat meyakinkan saya dan istri, dokter kandungan di rumah sakit ibu dan anak sampai bilang begini, "Kemarin saya baru menangani lahiran seorang ibu yang kaca matanya minus belasan, gapapa. Lahiran normal juga.."
Akhirul kalam, istri melahirkan normal dengan biaya seluruhnya 2, 2 juta. Alhamdulillah....