Lihat ke Halaman Asli

Ali Mufid

Writer || Egaliter

Pancasila Menjadi Pijar Pelosok Negeri

Diperbarui: 2 Juni 2022   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pancasila sebuah konsensus bersama, lahir dari ragam suku, ras, dan agama. Menyatu didalam rangkaian kata demi kata, menyambung utuh dari sila satu hingga sila lima. Representasi rakyat dari sabang sampai merauke dari miangas sampai pulau rote. Pemilihan penggalan empat suku kata yang ternyata menjadi jawaban atas perjuangan masa lalu, kini hingga nanti. Pancasila satu titik temu dari segala penjuru bagi mereka yang ingin bernegara dengan santun nan bijaksana.

Pancasila tak memaksa kita untuk menjaganya. Tak pula mendikte sejauh mana kita berpedoman atas dirinya. Cukup memberi pesan bahwa ia lahir dari perjuangan panjang, lahir dari satu cita-cita diantara yang beda. Lahir dari sebuah gagasan besar berlandaskan keberagaman. Lahir dari nilai-nilai yang terkandung didalam perilaku patriotik, tak kenal menyerah, dan siap berdarah-darah. Lagi-lagi, ia lahir atas dasar kesepakatan bersama diantara beda.

Pancasila sebuah pedoman hidup kita selama berbangsa dan bernegara. Menjadi pijakan teguh nan kokoh membentang dari periode silang gagasan hingga era paripurna terhadap sebuah ideologi. Menjadi identitas bangsa hingga mengusung asa bahwa Pancasila mampu di kenal dunia. Seperti Bung Karno yang pernah lantang bicara ini di forum sidang umum PBB. Pancasila sakti, menjadi pijar diseluruh pelosok negeri.

Selamat Hari Lahir Pancasila




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline