Lihat ke Halaman Asli

Ali Mufid

Writer || Egaliter

Monolog Jakarta-Roma

Diperbarui: 20 Agustus 2021   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Sejauh ini adalah perjalanan terpanjang lintas negara. Mulanya tak pernah terbayang bisa ngopi Eropa? Mental dan nyali beda beberapa tahun lalu. Perlu berhitung satu hingga sekian kali. Pada akhirnya tiba paripurna lalu ya untuk berangkat. Bukankah setelah ini akan muncul tantangan baru? Begitu seterusnya.

Sekian bulan menghabiskan waktu dalam perjalanan dari Jogja ke Jakarta. Setelah tadi bersikap, sekarang giliran dokumen keberangkatan bersiap. Ada pertanyaan bisakah berangkat dengan limitnya waktu? Nah, di masa-masa ini terbangun imajinasi, bisa kompromi dengan otoritas waktu agar tak hanya 24 jam dalam sehari semalam? Atau bisakah negosiasi agar jarum jam berhenti sementara, bukan karena baterai jam rusak. 

Realitanya, diskusi ruang imaji tadi tak begitu lama bahkan tanpa silang pendapat. Tak disadari, Tuhan selalu menempatkan kita di lajur cepat saat kita merasa lambat atas apa-apa yang ingin didapat.

Penghujung Agustus 2019, dokumen keberangkatan lengkap sudah. Waktunya kembali ke Jogja untuk melanjutkan ngopi. Itu adalah sisa kopi, sesaat sebelum beranjak ke Jakarta. 

Tak menjadi soal melanjutkan yang tersisa, nyatanya tak berpengaruh atas apapun dalam sesi ritual cangkruk di Lidah Rakyat (LDR) caf. Sebuah gubuk minimalis, penghuninya bukan patriarkis, beratap pergerakan sarat rancang bangun santri moderat, jawara silat dan beberapa aktivis. Berkumpul, berwacana, berhaha-hihi, tau-tau subuh dan mengantuk. Seringkali begitu.

September ceria perjalanan jauh dari Jakarta menuju Roma. Tunggu dulu, kenapa tak menuju ke Milan ya agar terkesan totalitas sebagai Milanisti garis keras? Bisa saja ketika landing di kota itu, sekalian Tour San Siro. 

Seru kan? Ah, tak penting sekarang ini. Toh kalau mendarat di Milan, lebih banyak menguras waktu melanjutkan perjalanan ke selatan Italia. Jadi ini bukan urusan sepakbola. Ya, kembali ke rencana awal jika perjalanan ini mengambil rute Jakarta-Roma. Sudah siap? Mari berangkat!

Transit Istanbul selama dua jam. Lumayan bisa melanjutkan rutinitas kaum rebahan. Menjelang siang bertolak ke Roma, Italia. Tiba di Fiumicino Airport bergegas mencari jaringan internet. Berkabar kawan di Calabria dan mengirim pesan kedatangan ke salah satu kenalan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma.

Oiya hampir lupa ternyata masih ada bekal rokok. Sebat dulu baru lanjut jalan. Barangkali jika tak jauh dari perempatan ada gerobak angkringan, bisa lebih lama lagi sebatnya. Sudahlah ini negara orang, jangan berkhayal berlebihan. Kelar sebat, dari bandara naik bus kearah Termini. Cukup merepotkan karena kebetulan tahun ini berangkat sendirian.

"Dewean yo teteg," kata teman cangkruk yang baru ditinggal pacar pas lagi jeru-jerune.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline