Seiring perjalanan waktu yang dilalui, memasuki bulan Ramadhan, Umat Islam di seluruh dunia bersuka cita, bulan penuh kemuliaan yang sangat dinantikan. Sebagaimana Nabi dan para Sahabat, kita sangat berbahagia menyambutnya. Sebab Ramadhan merupakan bulan suci, bulan melatih diri dan menyucikan jiwa, bulan diturunkannya Al-Qur’an, bulan penuh berkah dan ampunan Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW menggambarkan, pada bulan ini Syetan dibelenggu, pintu-pintu Syurga dibuka, sedangkan pintu-pintu Neraka ditutup sangat rapat.
Ramadhan merupakan kesempatan bagi Kaum Muslimin melakukan berbagai kebajikan. Waktunya melakukan pembinaan, melakukan muhasabah diri dan melakukan revolusi mental, melalui berbagai ibadah mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah). Berawal dari perubahan diri menjadi pribadi-pribadi taqwa, menuju tujuan akhir melakukan perubahan dan rekonstruksi peradaban menuju sebuah bangsa yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Bangsa Indonesia yang majui, masyarakatnya berpendidikan, sehat sejahtera, adil dan makmur.
Dalam pelaksanaannya, kita perlu melakukan beberapa persiapan ruhiyah (keimanan), persiapan jasadiyah (jasmani), Tsaqafiyah (keilmuan), dan persiapan Maaliyah(harta). Persiapan ruhiyah diperlukan karena puasa hanya diwajibkan bagi orang-orang yang beriman saja kepada Allah dan konsekuensi keimanan yang mengikutinya. Seperti keimanan kepada malaikat, kitab-kitab, rasul, qadha qadar, dan adanya kiamat serta hari berbangkit. Iman yang kuat menjadikan seluruh amal ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan terasa indah dan ringan.
Persiapan jasadiyah diperlukan sebab puasa memerlukan keadaan fisik yang sehat dan daya tahan tubuh yang bagus. Jika berada dalam keadaan sakit, terdapat beberapa keringanan sesuai kondisi fisik bagi orang yang berpuasa. Kaum muslimin juga dituntut mengetahui ilmu dan tata cara pelaksanaan ibadah di bulan Ramadhan sesuai dengan ketentuannya. Hal ini dimaksudkan agar ibadahnya tidak sia-sia, sebagaimana Rasulullah menyatakan bahwa terdapat orang yang berpuasa, akan tetapi tidak memperoleh pahala dan substansi hikmah dari dilaksanakannya shaum Ramadhan. Persiapan harta diperlukan seperti makanan untuk buka sahur dan berbuka puasa, melaksanakan zakat yang diwajibkan menjelang idul fitri sampai sesaat sebelum pelaksanaan shalat Ied, memberikan infaq dan shadaqoh baik kepada kerabat maupun orang-orang yang membutuhkan sebagai bentuk keshalehan sosial yang dianjurkan di bulan Ramadhan.
Puasa dan Pendidikan Mental
Salahsatu yang menjadi kewajiban kaum Muslimin di bulan Ramadhan adalah melakukan puasa. Puasa bukan hanya diwajibkan kepada Kaum Nabi Muhammad saja, akan tetapi telah diwajibkan kepada umat dan Nabi Musa dan Isa. Dalam sejarahnya, Puasa Nasrani telah dilakukan dalam 30 hari, lalu bertambah menjadi 40 kali. Ada juga pendeta dan raja yang bernadzar dan menambahkan puasa menjadi 50 hari. Karena susah dan sangat melelahkan, terdapat kaum yang memindahkan dari musim panas ke musim rabi(musim bunga). Di Mekkah, pada masa Arab Pra Islam, Orang Quraisy selalu berpuasa di hari Asyura.
Bagi Umat Islam, Ramadhan merupakan bulan pendidikan mental, bulan menempa diri menjadi karakter yang baik. Puasa menjadikan kita semakin kuat, dalam menghadapi kesulitan dan cobaan apapun dalam kehidupan. Puasa merupakan sarana kita melakukan latihan mental, karena melatih untuk bersabar. Sabar untuk taat melakukan kebajikan-kebajikan dan ibadah yang diperintahkan. Sabar pula agar tidak melakukan maksiyat, menahan diri dari nafsu, menahan diri dari kemarahan juga tidak menyakiti sesama manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan sebagai sesama makhluk Tuhan.
Puasa Ramadhan melatih diri kita melakukan pembinaan diri, untuk berlaku jujur dengan memelihara amanah yang diberikan pada kita. Dalam konteks sekarang, menahan diri dari pemikiran-pemikiran yang rendah dan perilaku curang, tidak tergoda untuk melakukan korupsi, kolusi dan nefotisme. Sebab merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya, akan meruntuhkan pondasi dan ketahanan sebuah bangsa, tidak bisa maju dengan perilaku-perilaku tersebut.
Ramadhan Mendidik kita bersyukur kepada Allah SWT. Melalui berbagai kewajiban seperti Puasa, Zakat Fitrah, Infaq dan Shodaqoh di bulan Ramadhan, kita dilatih untuk empati, merasakan kepedihan, kelaparan dan kehausan yang biasanya dialami oleh para fakir miskin. Jika kita sudah bisa berempati dan merasakan penderitaan orang lain. Menanamkan rasa sayang dan empati kepada fakir miskin, anak yatim dan kepeduliam kepada semua orang di sekeliling kita.
Dengan Ramadhan Kaum Muslimin bisa merasakan kehausan dan kelaparan di Padang Mahsyar. Kita bisa membayangkan betapa dahsyatnya keadaan saat itu. Baru tidak makan dan minum seharian saja, kelelahan dan kehausan melanda kita sangat terasa sekali. Apalagi harus menghadapi hari, dimana pada saat itu, masing-masing manusia sibuk dengan urusannya masing-masing, mempertanggungjawabkan semua amal yang telah dilakukan di dunia ini.
Marhaban Ya Ramadhan, dengan pendidikan komprehensif yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, semoga kita semua termasuk manusia-manusia pilihan, yang di permulaan Ramadhan mendapatkan rahmat, pertengahannya dipenuhi ampunan dan dan di akhir mendapatkan predikat taqwa sehingga memasuki Syurga dan mendapat ridha-Nya. Semoga....!